
Maaf IMF-Bank Dunia Disebut 'Impoten', Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Peperangan antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel membawa gangguan baru bagi pasar keuangan dunia. Hal ini terjadi saat dua lembaga keuangan global, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, mengajukan rencana pendanaan baru untuk mengurangi guncangan ekonomi.
Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, tepat ketika para pejabat tinggi keuangan tiba di Maroko untuk menghadiri pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia. Serangan ini pun mengubah naskah rencana pertemuan lembaga keuangan itu.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva tidak menyebutkan konflik baru tersebut pada acara pembukaan pertemuan itu. Belakangan, ketika serangan balasan Israel meningkat, ia menggambarkannya sebagai tragedi kemanusiaan dan sumber ketidakpastian ekonomi yang samar-samar.
Beberapa tamu yang hadir dalam pertemuan di Maroko itu menjelaskan bahwa dampak konflik Israel-Gaza sangat menonjol. Hal itu dapat memicu mulai dari krisis pengungsi baru hingga dampak perdagangan dan ancaman pertempuran di Lebanon dan Tepi Barat.
"Dalam menghadapi guncangan global besar seperti ini yang disebabkan oleh manusia, lembaga-lembaga ini pun menjadi impoten untuk melakukan apapun dalam mengatasinya. Itulah sebabnya mereka bahkan tidak membicarakannya," kata peneliti senior American University's Accountability Research Center, Rachel Nadelman, kepada Reuters, Senin (16/10/2023).
Ketidakmampuan untuk memberikan tanggapan juga meluas pada pernyataan yang dikeluarkan oleh negara-negara ekonomi utama G20 dan komite pengarah IMF dan Bank Dunia. Mereka tidak mengatakan apapun terkait konflik Israel dan Hamas setelah pertemuan di Maroko.
Seorang pejabat G20 mengatakan bahwa kelompok tersebut telah terpecah belah selama dua tahun akibat perang di Ukraina, dan komunike hanya mungkin terjadi setelah pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di Bali tahun lalu.
"Konflik Israel-Palestina bahkan lebih kontroversial, hampir mustahil mencapai konsensus," kata pejabat itu.
Presiden Bank Dunia Ajay Banga pada hari Minggu mengakui bahwa konflik Israel-Hamas, serta perang Ukraina dan pertempuran di Afrika, "memberikan bayang-bayang panjang" atas pencapaian pertemuan tersebut. Ia menambahkan bahwa situasi itu justru memperkuat tantangan ekonomi.
"Anda tahu, tanpa perdamaian, sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan stabilitas, pertumbuhan, mengasuh anak, dan mendapatkan pekerjaan," katanya.
Hal yang sama juga diutarakan mantan pejabat IMF yang mengepalai Pusat GeoEkonomi Dewan Atlantik, Josh Lipsky. Ia menegaskan konflik tetap menjadi tantangan terbesar bagi perekonomian global.
"Jika lembaga-lembaga ini ingin menjadi sah dan sesuai dengan tujuan mereka pada dekade mendatang, mereka harus merespons krisis geopolitik dalam waktu dekat," terangnya.
"Guncangan geopolitik adalah guncangan ekonomi saat ini dan guncangan ekonomi adalah guncangan geopolitik - dan mereka mencoba untuk melepaskan keduanya," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak! Ramalan Ekonomi RI 2024 dari IMF, World Bank & OECD