Kecanduan Impor BBM RI Berbahaya, Segini Jumlah..

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
11 October 2023 10:00
FILE PHOTO: A pump jack operates in the Permian Basin oil production area near Wink, Texas U.S. August 22, 2018. Picture taken August 22, 2018. REUTERS/Nick Oxford/File Photo
Foto: Ilustrasi produksi minyak (REUTERS/Nick Oxford)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan sebagian besar kebutuhan bahan bakar dalam negeri berasal dari impor seperti BBM jenis bensin. Ia pun mencatat, impor BBM jenis bensin mengalami peningkatan dari sekitar 123 juta barel pada tahun 2015 menjadi 138 juta barel pada tahun 2022.

"Ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan bakar tentunya akan membahayakan ketahanan energi nasional kita," kata Arifin dalam acara Sustainable Mobility: Ethanol Talks 2023, Senin (9/10/2023).

Oleh sebab itu, guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar impor serta untuk mencapai ketahanan energi nasional dan mendukung pembangunan berkelanjutan, pemerintah mempromosikan sumber energi lokal yang berkelanjutan dan mudah diakses, seperti biofuel.

Di sisi lain, penerapan program biofuel juga dimaksudkan untuk menurunkan emisi hingga 31,9% di bawah BAU (Business as Usual) pada tahun 2030.

Hal ini juga untuk mendukung perekonomian dalam negeri yang berbasis pertanian, untuk memenuhi target 23% pangsa energi terbarukan di Nasional Bauran Energi pada tahun 2025, dan menghemat devisa serta menjaga defisit transaksi berjalan.

Menurut Arifin, pemerintah sendiri telah menetapkan program wajib pengembangan bahan bakar nabati melalui Peraturan Menteri pada tahun 2015. Program bahan bakar nabati di Indonesia mencapai tonggak sejarah yang signifikan pada tahun 2008 dengan menerapkan pencampuran 2,5% bahan bakar diesel.

"Sejak saat itu, kecepatan pencampuran secara bertahap meningkat. Pada akhirnya, mulai Februari 2023, kami telah menerapkan mandatori B35 secara nasional," kata dia.

Potensi Bioetanol

Arifin mengatakan potensi pengembangan bioetanol dalam negeri dapat dilakukan apabila produksi gula dimaksimalkan terlebih dahulu. Mengingat, mayoritas gula untuk kebutuhan dalam negeri saat ini masih berasal dari impor.

Apabila produksi gula di dalam negeri sudah berlebih, bahan baku tebu selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk produksi bioetanol. "Kalau ini berkembang, kelebihannya bisa kita bikin etanol atau memang ada yang spesial area dedicated untuk memang bangun etanol industri. Kita punya potensi gede," ujar Arifin.

Dalam paparannya, ia membeberkan bahwa Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah mencanangkan program bioetanol tebu untuk ketahanan energi di Mojokerto, Jawa Timur pada November 2022 lalu. Adapun untuk memulai kembali Mandat Bioetanol, pihaknya bersama PT Pertamina (Persero) dan pemangku kepentingan terkait telah melakukan uji jalan hingga 15.000 km.

"Uji coba pasar produk pencampur bioetanol saat ini sedang dilakukan. Pertamax Green 95 yang merupakan campuran bensin E5 dan RON 95 saat ini tersedia di beberapa SPBU di Surabaya dan Jakarta. Uji coba pasar telah diterima dengan baik oleh konsumen sasaran," ungkap dia.

Selanjutnya untuk mendukung keberlanjutan Mandat Bioetanol di masa depan, pemerintah kata dia telah menerbitkan Keputusan Presiden pada tahun 2023 tentang Percepatan swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol. Utamanya untuk bahan bakar nabati serta melakukan kajian terhadap penggunaan berbagai bahan baku, khususnya minyak non pangan, tanaman-tanaman.

"Karena terbatasnya bahan baku molases dan juga konflik pangan, pemerintah mendorong pengembangan biofuel berbasis potensi lokal yang lebih layak dan akan menciptakan pasar baru bagi produk pertanian lokal," kata Arifin.

Lebih lanjut, ia membeberkan bahwa hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai bahan bakar bioetanol. Meski demikian, pemanfaatannya memerlukan kajian yang komprehensif untuk dapat dikembangkan secara komersial.

"Pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait saat ini sedang melakukan studi/pilot project pengembangan bioetanol berbasis potensi lokal," ujarnya.

Adapun, beberapa peluang dapat didorong oleh pengembangan biofuel, seperti pengembangan ekonomi hijau sirkular berbasis masyarakat, ketersediaan berbagai pilihan teknologi, dan pengembangan industri pendukung.

Selain itu, pengembangan biofuel juga memerlukan komitmen dari pihak-pihak terkait khususnya produsen bioetanol dan distributor bensin, untuk melaksanakan pencampuran bioetanol.

Kemudian memerlukan sinergi dan koordinasi kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan terkait lainnya, serta dukungan riset dan teknologi khususnya terkait pengembangan bioetanol generasi ke-2 yang terjangkau.

"Brazil merupakan produsen bahan bakar etanol terbesar kedua di dunia dengan teknologi pertanian paling efisien untuk budidaya tebu. Indonesia menyambut baik kerja sama timbal balik dengan Brazil khususnya dalam pengembangan bioetanol," tambahnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Impor BBM RI Membahayakan, Melesat 138 Juta Barel di 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular