
Ritual Minta Hujan Suku Bolivia di Tengah Kekeringan Panjang
Ratusan warga Bolivia berkumpul untuk melakukan berdoa bersama agar hujan turun dan mengakhiri kekeringan parah yang mengancam pasokan air mereka.

Di bawah terik matahari yang membakar, lebih dari tiga ratusan warga Bolivia berjalan ke dataran yang berdebu di dekat bendungan Incachaca pada Jumat (6/10/2023). Mereka berkumpul untuk berdoa agar hujan turun dan mengakhiri kekeringan parah yang mengancam pasokan air mereka. (REUTERS/Claudia Morales)

Perusahaan air milik negara Bolivia, EPSAS, telah memperingatkan bahwa persediaan air dari sepuluh bendungan yang memasok La Paz, salah satu kota terbesar di negara ini dengan sekitar 2,2 juta penduduk, hanya cukup untuk 135 hari jika digabungkan. (REUTERS/Claudia Morales)

Sambil mengangkat payung untuk menghalau panas para wanita-wanita juga mengenakan topi tradisional dan rok berwarna-warni berjalan beriringan dengan para pemuda yang memainkan drum dan seruling tradisional. (REUTERS/Claudia Morales)

Setibanya di sana, mereka berlutut, berdoa dalam bahasa Aymara, Quechua, dan bahasa Spanyol, mata mereka terpejam erat sambil tangan diangkat ke langit. (REUTERS/Claudia Morales)

"Kami datang ke puncak ini untuk berseru memohon hujan," kata Susana Laruta, anggota gereja Kristen evangelis. (REUTERS/Claudia Morales)

Tanpa hujan yang cukup, pasokan air kota ini diperkirakan akan habis pada bulan Februari. Musim hujan seharusnya dimulai pada bulan Desember. (REUTERS/Claudia Morales)

Badan meteorologi nasional Bolivia mengatakan curah hujan yang sedikit yang dikenal sebagai El Nino, menyebabkan pemanasan suhu permukaan air di Samudera Pasifik timur dan tengah menjadi berubah kondisi cuaca ekstrem. "Perubahan iklimlah yang menyebabkan perubahan-perubahan ini," kata Bernardo Vedia, seorang uskup metodis lokal.. (REUTERS/Claudia Morales)

"Itulah sebabnya kami datang ke sini untuk bersatu dalam doa memohon kepada Tuhan agar hujan turun ke bumi," ujarnya. (REUTERS/Claudia Morales)