Awas Konsumsi BBM Pertalite Melonjak, Pembatasan Jadi Jalan?
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengungkapkan masih menanti aturan mengenai pembatasan pembelian volume Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite. Hal tersebut menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi belakangan ini.
Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengaku saat ini pihaknya masih terus memonitor kondisi di lapangan mengenai kenaikan harga BBM non subsidi yang baru-baru ini terjadi. Ini guna mewaspadai adanya perpindahan atau migrasi dari penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi Pertamax ke BBM bersubsidi Pertalite.
"Kami masih menunggu revisi perpres 191. Kami terus meningkatkan pengawasan termasuk dengan optimalisasi digitalisasi subsidi tepat," kata dia kepada CNBC Indonesia, Jumat (6/10/2023).
BPH Migas pun mencatat penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) per 21 September telah mencapai 21,5 juta kilo liter (KL). Angka tersebut setidaknya telah tembus 66,5% dari kuota Pertalite yang ditetapkan pemerintah pada tahun ini.
Adapun kuota Pertalite pada 2023 ditetapkan sebesar 32,56 juta KL. "Semoga cukup hingga akhir tahun," kata Saleh.
Sementara itu, untuk tingkat konsumsi BBM jenis solar telah mencapai 12,5 juta KL. Angka ini telah mencapai 73,5% dari kuota yang ditetapkan tahun ini sebesar 17 juta KL.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tak menampik, pasca naiknya harga BBM Non Subsidi seperti RON 92 atau Pertamax Cs, kemungkinan adanya migrasi konsumsi ke BBM di bawahnya atau RON 90 Pertalite.
Sebagaimana diketahui, harga BBM Non Subsidi ini kembali mengalami kenaikan. Hal ini imbas dari tingginya harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang melemah di level Rp 15.517 per US$.
"Kalau kemungkinan (migrasi) sih pasti ada, tapi jumlahnya kan saya kira tidak banyak. Tapi kemungkinan (migrasi) sih pasti ada," jelasnya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (2/10/2023).
Tutuka menilai harga minyak mentah dunia tersebut akan berangsur mengalami penurunan yang mana per hari ini untuk jenis WTI dibuka menguat tipis 0,03% di posisi US$ 90,82 per barel, sedangkan minyak mentah brent dibuka anjlok 3,28% ke posisi US$ 92,18 per barel.
"Iya (dampak tingginya minyak mentah). Tapi kan yang mentah-mentah sudah turun lagi, nggak akan naik terus," pungkasnya.
(pgr/pgr)