Pabrik Tekstil RI PHK Massal 5.000-an Orang, Ini Penyebabnya

Damiana, CNBC Indonesia
06 October 2023 13:55
Mendag Zulhas dan Menteri Teten serta Bea Cukai dan Kepolisian memusnahkan 7.363 bal pakaian bekas impor ilegal. (CNBC Indonesia/Mentari Puspadini)
Foto: Mendag Zulhas dan Menteri Teten serta Bea Cukai dan Kepolisian memusnahkan 7.363 bal pakaian bekas impor ilegal. (CNBC Indonesia/Mentari Puspadini)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ribuan buruh industri tekstil dilaporkan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal itu diungkapkan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi.

Menurutnya, dari data yang dihimpun KSPN, ada 6 perusahaan tekstil yang kembali melakukan PHK.

Selain itu, Ristadi mengutip data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang mencatat sepanjang tahun 2022 ada PHK sebanyak 345.000 pekerja di industri TPT nasional. Dan, katanya, per Agustus 2023, ada 26.540 pekerja yang dirumahkan mengarah PHK.

"Lagi banyak PHK. Data update PHK 2023 bulan Agustus-September. Ini data PHK terbaru di luar data yang sebelumnya. Data kemarin ada perusahaan seperti Mulia Cemerlang Abadi, sekarang PHK lagi, tutup total. Ini tahun 2o023," kata Ristadi kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (6/10/2023).

Berikut perusahaan yang melakukan PHK mengacu data KSPN:

1. PT Mulia Cemerlang Abadi di Kabupaten Tangerang: tutup dan PHK total 2.600 pekerja
2. PT Lucky Tekstil di Kota Semarang: PHK 100 pekerja
3. PT Grand Best di Kota Semarang, PHK 300 pekerja
4. PT Delta Merlin Tekstil I Duniatex Group di Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah): PHK 660 pekerja
5. PT Delta Merlin Tekstil II Duniatex Group: PHK 924 pekerja
6. PT Pulaumas Tekstil di Jawa Barat: merumahkan 460 pekerja.

Dari angka itu, tercatat yang PHK total sebanyak 4.584 pekerja, sedangkan 460 pekerja lainnya menunggu nasib saat dirumahkan.

Lalu apa penyebab PHK di industri tekstil masih terjadi?

Menurut Ristadi, pemicu gelombang PHK yang masih berlanjut ada berbagai faktor, mulai dari tak mampu bertahan di tengah serbuan produk impor hingga anjloknya kinerja ekspor.

"Kondisi ini disebabkan berkurangnya order bahkan sampai tidak ada order. Diprediksi angka PHK jauh lebih besar karena banyak perusahaan yang tidak melaporkan ke pemerintah saat melakukan PHK atau tutup pabrik," ungkapnya.

"Juga, begitu banyak barang-barang TPT bekas dari luar negeri di pasar-pasar tradisional/pasar tumpah yang harganya jauh lebih murah dari harga produksi IKM TPT dalam negeri," kata Ristadi.

Dia menduga, transaksi barang-barang TPT di e-commerce sebagian besar adalah barang-barang TPT produk luar negeri.

"Harganya lebih murah. Dan semakin hari semakin membesar sehingga pelan-pelan menyingkirkan barang TPT produk lokal terutama dari IKM TPT," tukasnya.

Ristadi meminta pemerintah segera turun tangan melakukan langkah-langkah penyelamatan industri TPT di dalam negeri.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Termasuk Wilayah Ganjar, Tsunami PHK Massal Makin Gila

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular