
Perang Rusia-Ukraina Minggir, Konflik Eropa Kian Panas

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki bulan ke-20 invasi Rusia ke Ukraina, negara sekutu Barat fokus membantu Kyiv untuk mengembalikan wilayahnya.
Sementara itu, ketegangan terjadi di bagian lain Eropa yang sebenarnya sudah mencuat sejak 1990-an. Para analis pun sudah mengemukakan kekhawatiran mereka atas konflik antara Serbia dan Kosovo.
Selama beberapa bulan terakhir, terjadi berbagai masalah di area tersebut. Pada Sebtember lalu, kekerasan terjadi di wilayah utara Kosovo. Serbia pun meresponsnya dengan mencurahkan kekuatan militer di area perbatasan.
Konflik ini ditakutkan akan makin meluas di wilayah selatan Eropa. Padahal, perhatian dunia masih tertuju pada perang di Ukraina.
"Konflik di Kosovo sudah genting," kata para analis, dikutip dari CNBC International, Kamis (5/10/2023).
"Menyelesaikan konflik di Kosovo dan Serbia bukan lagi soal politik. Ini adalah isu serius yang berdampak pada Eropa," kata Engjellushe Morina dan Majda Ruge, ahli kebijakan publik dari European Council on Foreign Relations (ECFR).
Konflik baru-baru ini antara Serbia dan Kosovo dipicu perang etnis. Kosovo bagian utara yang berbatasan dengan Serbia mayoritas diduduki suku Serb.
Namun, secara keseluruhan negara Kosovo, 93% beretnis Albanian. Ibukota Serbia, Belgrade, tak mengakui wilayah tetangganya sebagai negara merdeka.
Masalah terjadi pada pemilihan daerah yang melihat suku Albanian terpilih di beberapa area Kosovo bagian utara. Hal ini menimbulkan gesekan di antara komunitas etnis Serb. Mereka memboikot hasil pemilihan tersebut.
Kondisi memanas saat terjadi konflik bersenjata di Banjska, sebuah desa di Kosovo. Seorang polisi tertembak dan meninggal.
Sejak 1999, NATO memiliki misi damai di Kosovo. Kala itu juga konflik etnis terjadi antara Albanian melawan Serb pada 1998. Namun, gesekan yang belum tuntas antar kedua negara membuat dua wilayah ini rentan perselisihan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PBB: Lebih Dari 10.000 Warga Sipil Tewas Selama Perang
