Gawat! NATO Akui Kekurangan Amunisi
Jakarta, CNBC Indonesia - NATO sedang dirundung masalah. Persediaan amunisi aliansi tersebut mulai menipis.
Laksamana Rob Bauer, yang mengetuai komite militer aliansi tersebut, mengatakan pada panel di Forum Keamanan Warsawa bahwa para anggota perlu "meningkatkan produksi dalam tempo yang jauh lebih tinggi."
Meskipun anggota NATO telah meningkatkan anggaran militer karena mereka memberikan dukungan kepada Ukraina melawan agresi Rusia, kapasitas produksi tidak meningkat. Dia menggambarkan bagaimana senjata dan amunisi diberikan ke Ukraina "tetapi tidak dari gudang yang penuh."
"Kami mulai memberikan donasi dari gudang yang setengah penuh atau lebih rendah di Eropa," katanya, Dikutip dari Newsweek, Kamis (5/10/2023).
Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey mengatakan kepada panel yang sama bahwa bantuan untuk Ukraina harus dilanjutkan dan bahwa "kita tidak bisa berhenti hanya karena persediaan kita terlihat sedikit menipis."
"Kita harus menjaga Ukraina tetap berjuang malam ini dan besok dan lusa," katanya, yang berarti "terus memberi sambil membangun kembali persediaan kita sendiri."
Peringatan ini muncul di tengah kekhawatiran mengenai bagaimana sekutu Ukraina akan terus memberikan dukungan militer yang dibutuhkan Kyiv untuk berperang dalam perang 19 bulan dengan Rusia. Inggris sudah kehabisan peralatan senjata yang dapat disumbangkan ke Ukraina.
"Kami telah memberikan sebanyak yang kami mampu," kata seorang sumber militer kepada The Telegraph.
Di AS, rancangan undang-undang belanja sementara yang disahkan oleh Kongres untuk menghindari penutupan pemerintah federal tidak mencakup dana untuk membeli senjata bagi Ukraina.
Ketidakpastian mengenai janji dukungan Amerika semakin bertambah pada Selasa ketika Ketua DPR Kevin McCarthy dicopot dari jabatan kepemimpinannya.
Masalah dukungan militer untuk Kyiv adalah masalah kampanye kepresidenan AS, dan beberapa anggota MAGA dari Partai Republik menyerukan agar hal tersebut dihentikan dan pengawasan terhadap pengeluarannya dipertanyakan.
Namun, sebuah laporan yang dirilis minggu lalu oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) menolak tuduhan bahwa empat paket belanja yang disahkan oleh Kongres dengan total US$113 miliar tidak dibelanjakan dengan bijaksana.
"Bantuan Amerika ke Ukraina tidak hanya dibelanjakan dengan benar tetapi juga dengan pengawasan yang jauh lebih besar dibandingkan upaya apapun," kata Scott Cullinane, direktur urusan pemerintahan Razom untuk Ukraina, sebuah kelompok hak asasi manusia.
"Ukraina telah membuktikan bahwa mereka dapat memanfaatkan dukungan ini secara efisien dan efektif karena mereka telah menguras kemampuan militer Putin sebesar 50%," katanya. "Itu adalah laba atas investasi yang luar biasa."
(luc/luc)