
Anggota Geng Rusia 'Selingkuh', Langsung Dapat Bantuan Barat

Jakarta, CNBC Indonesia - Dinamika geopolitik berubah-ubah. Kali ini, Rusia mulai kehilangan sekutu dekatnya di wilayah Pegunungan Kaukasus.
Negara itu adalah Armenia. Baru-baru ini, Yerevan yang merupakan sekutu Moskow dalam aliansi pertahanan CSTO memutuskan untuk bergabung dengan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) melalui pemungutan suara di parlemen.
Anggota ICC diperkirakan akan melakukan penangkapan jika Presiden Rusia Vladimir Putin menginjakkan kaki di wilayah mereka. DIketahui, Putin telah mendapatkan surat perintah penangkapan atas dasar dugaan penculikan anak-anak Ukraina selama perang Moskow dengan negara itu.
Pemungutan suara tersebut menggambarkan kesenjangan yang semakin besar antara Moskow dan Yerevan, yang semakin marah kepada Kremlin karena dianggap tidak mengambil tindakan atas konfrontasi lama Armenia dengan Azerbaijan.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah menyarankan agar negaranya mencari aliansi di tempat lain.
Respons Rusia
Kremlin mengkritik keputusan parlemen Armenia untuk bergabung dengan Mahkamah Pidana Internasional, yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin.
"Kami ragu bahwa dari sudut pandang hubungan bilateral, masuknya Armenia ke dalam Statuta Roma adalah benar. Kami masih yakin bahwa itu adalah keputusan yang salah," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Selasa (3/10/2023), dilansir AFP.
Rusia telah memperingatkan Armenia agar tidak melakukan pemungutan suara untuk meratifikasi perjanjian pendirian ICC, setelah pengadilan internasional pada bulan Maret mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin atas perang di Ukraina dan deportasi ilegal anak-anak ke Rusia.
Bantuan Barat
Sementara itu, pengumuman bergabungnya Armenia ke ICC itu terjadi saat kunjungan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna ke Yerevan. Dalam lawatannya, Colonna mengumumkan bahwa Paris telah setuju untuk memasok senjata militer ke Armenia.
"Prancis telah memberikan persetujuannya untuk menyelesaikan kontrak masa depan dengan Armenia yang akan memungkinkan pengiriman peralatan militer ke Armenia sehingga dapat menjamin pertahanannya," paparnya kepada Al Mayadeen, Rabu (4/10/2023).
Meski tidak dapat memberikan rincian, Colonna menjelaskan bahwa "ada hal-hal yang telah disepakati antara Armenia dan Prancis dan sedang dalam proses."
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sekutu Putin 'Berkhianat', Begini Respons Rusia