Batu Bara Cs Tak Mudah Digantikan Energi Baru, Ini Alasannya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
03 October 2023 15:15
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Ulumbu, Pembangkit EBT yang berlokasi di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas total 10 MW. (Dok PLN)
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Ulumbu, Pembangkit EBT yang berlokasi di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas total 10 MW. (Dok PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Peran batu bara sebagai bahan baku energi di Indonesia sulit tergantikan. Hal ini tentunya membuat batu bara tak tergantikan dengan adanya energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengungkapkan bahwa terdapat berbagai tantangan bagi Indonesia yang ingin melakukan transisi energi menggunakan EBT. Walaupun memang, potensi EBT di Indonesia terhitung cukup besar.

"Betul kita punya sumber energi baru terbarukan cukup besar begitu, tetapi juga ada beberapa problem di sana. Salah satunya adalah problem intermitensi artinya pasokannya kan tidak stabil, di fosil ini yang saya kira juga perlu disiapkan oleh pemerintah karena kan pasti butuh backup," jelas Komaidi kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (3/10/2023).

Dia mengatakan, ada pula sumber energi terbarukan yang tidak terganjal intermitensi seperti yang bisa dimanfaatkan pada panas bumi. Sayang, kata Komaidi, sumber energi panas bumi juga memiliki keterbatasan lantaran berada di lokasi yang jauh dari pusat kegiatan masyarakat.

"Sementara panas bumi sejauh ini kan lokasinya ada di daerah-daerah remote area, ada di pegunungan yang memang secara infrastrukturnya masih belum siap, relatif belum siap dibandingkan sumber energi baru terbarukan yang lain sehingga biayanya tentu lebih besar," tambahnya.

Dengan berbagai tantangan yang ada, Komaidi menyebutkan bahwa hal ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bersama semua pihak agar bisa mendorong pembiayaan yang lebih murah ke depannya.

"Nah ini yang menjadi PR kita bersama, terutama pengambil kebijakan bagaimana bisa mendorong cost structure-nya itu menjadi lebih murah nantinya ke depan," tandasnya.

Sebagaimana diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, mayoritas bauran energi primer pembangkit listrik di Indonesia masih berasal dari batu bara. Persentasenya tercatat sebesar 67,21% pada 2022.

Bauran energi primer pembangkit listrik dari batu bara terpantau mengalami kenaikan pada tahun lalu. Hal itu seiring dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga uap yang naik menjadi 42,1 Giga Watt (GW).

Bauran energi primer pembangkit listrik terbesar kedua berasal dari gas. Proporsinya tercatat sebesar 15,96% pada tahun lalu.

Kemudian, bauran EBT baru mencapai 14,11% pada 2022. Persentasenya mengalami kenaikan dibandingkan pada 2021 yang sebesar 13,65%.

Meski ada komitmen mengakselerasi pemanfaatan energi terbarukan, masih ada perbedaan persepsi dan prioritas berbagai pembuat kebijakan tentang bagaimana proses transisi dilakukan.

Meski demikian, di sisi lain batu bara disebut bisa berperan dalam transisi energi dan meningkatkan energi ramah lingkungan.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ratusan Ribu Pekerja RI Terancam PHK Karena Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular