Internasional

RI Cs Bakal Jadi 'Pengatur' Harga Gas Dunia, Ini Buktinya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
03 October 2023 13:05
LNG. (REUTERS/Issei Kato/File Photo)
Foto: LNG (REUTERS/Issei Kato/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara Asia Tenggara diperkirakan akan menjadi pendorong utama permintaan pasar LNG pada tahun 2030. Hal ini menyusul prediksi bahwa Eropa akan mengurangi permintaan gasnya di masa mendatang.

Memang perdagangan gas alam cair global meningkat ke rekor tertinggi pada tahun 2022. Ini sebagian besar didorong oleh lonjakan permintaan dari Eropa karena kawasan tersebut tidak lagi bergantung pada jaringan pipa Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina.

Namun, tren permintaan LNG Eropa diperkirakan akan berkurang dalam beberapa tahun. Permintaan LNG dari Eropa akan mencapai puncaknya pada tahun 2027, sebelum turun pada tahun 2030.

"Menurut saya, di sinilah semua aksi sebenarnya akan terjadi: Asia Tenggara, khususnya Vietnam, Thailand, Indonesia," kata Tony Regan, analis gas Asia Pasifik dari NexantECA- sebuah penasihat energi dan pengilangan- kepada CNBC International, Selasa (3/10/2023).

Regan memperkirakan Vietnam adalah titik terang bagi pasar LNG. Di mana akan ada pertumbuhan permintaan yang kuat dari negara tersebut selama beberapa tahun ke depan.

Ini sebagian besar disebabkan oleh Rencana Pengembangan Tenaga Listrik 8 yang dicanangkan pemerintah. Rencana tersebut menetapkan bahwa semua pembangkit listrik tenaga batu bara harus diubah menjadi bahan bakar alternatif atau dihentikan pada tahun 2050.

"Pertumbuhan permintaan yang sangat kuat selama beberapa tahun ke depan, karena 13 pembangkit listrik baru yang diusulkan dalam rencana tersebut akan berbahan bakar LNG, dan 10 pembangkit listrik lainnya juga berbahan bakar gas," jelasnya.

"Jadi hal ini akan menciptakan daya tarik energi yang kuat dari Vietnam," ujarnya.

Menurut perkiraan perusahaan analisis dan konsultan Mordor Intelligence, pasar LNG global diproyeksikan tumbuh dari US$ 74,60 miliar (Rp 1.160 triliun) pada tahun 2023 menjadi US$ 103,41 miliar (Rp 1.600 triliun) pada tahun 2028.

Sementara itu, raksasa energi Shell mengatakan pihaknya melihat "pertumbuhan luar biasa" di pasar LNG dalam dua bulan terakhir. Ini menyoroti tiga negara yang akan menjadi pendorong utama, dua di antaranya berasal dari Asia Tenggara.

"Kami telah memasok tiga negara baru, Jerman, Vietnam, dan Filipina, dan ketiganya merupakan pasar LNG yang sangat potensial," kata Wakil Presiden Eksekutif Shell Energy, Steve Hill, pada konferensi Gastech baru-baru ini yang diadakan di Singapura.

"Pasar-pasar ini telah mengatasi tantangan penerapan impor LNG dan sekarang terdapat potensi pertumbuhan yang besar," tambahnya.

S&P Global juga mengamini pernyataan serupa. Mereka memprediksi Asia Tenggara siap menjadi pasar utama gas alam LNG.

"Pada tahun 2033, permintaan LNG di Asia Tenggara diperkirakan mencapai 73 juta ton per tahun, yang merupakan 12% dari pasar LNG global," kata Kepala Pasar Gas dan LNG Emerging Asia di S&P Global, Zhi Xin Chong.

Menurut data yang diberikan oleh perusahaan analitik tersebut, permintaan tersebut akan meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan tahun 2022. Chong menambahkan berlanjutnya penurunan pasokan gas dalam negeri, bersamaan dengan peralihan dari batu bara ke gas di sektor ketenagalistrikan, akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ini.

"Pasar terbesar kemungkinan besar adalah Thailand, Malaysia, Indonesia dan Singapura, mengingat pasar-pasar tersebut telah mengimpor LNG selama beberapa tahun," paparnya.

"Sangat penting agar harga LNG tetap stabil dan pendanaan global tersedia untuk membiayai infrastruktur yang diperlukan," tambahnya mengingatkan bahwa permintaan di pasar-pasar ini masih rapuh dan bergantung pada harga yang stabil.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PGN Jaga Pasokan Gas Nasional di Masa Depan dengan Gas Cair

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular