Cuaca Mendidih, Ternyata September Bukan Bulan Terpanas di RI

Damiana, CNBC Indonesia
03 October 2023 13:10
Pejalan kaki menggunakan payung untuk menghindari terik matahari di kawasan Jembatan Pinisi di halte busway Karet, Jakarta, Rabu (27/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pejalan kaki menggunakan payung untuk menghindari terik matahari di kawasan Jembatan Pinisi di halte busway Karet, Jakarta, Rabu (27/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam sepekan terakhir, cuaca panas terasa lebih menyengat. Bahkan terpantau, sejumlah aplikasi maupun platform pencatat suhu menunjukkan kenaikan signifikan hingga mendekati rekor dan cetak rekor suhu terpanas harian.

Hanya saja ternyata, kondisi panas terik yang terjadi tidak menjadikan bulan September 2023 sebagai bulan terpanas sepanjang tahun 2023.

Mengutip data Ekstrem Perubahan Iklim, berdasarkan analisis di 116 stasiun pengamatan Badan Meteolorogi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu udara rata-rata bulan September 2023 adalah 27,0 derajat Celcius.

Sementara, normal suhu udara klimatologis di Indonesia untuk bulan September 2023 periode 1991-2020 adalah 26,6 derajat Celcius. Di mana kisaran normal suhu adalah 20,1-28,6 derajat Celcius.

"Berdasarkan nilai-nilai tersebut, anomali suhu udara rata-rata pada bulan September 2023 menunjukkan anomali positif dengan nilai sebesar 0,4 derajat Celcius," dikutip dari situs resmi BMKG, Selasa (3/10/2023).

"Anomali suhu udara Indonesia pada bulan September 2023 ini merupakan nilai anomali tertinggi ke-4 sepanjang periode pengamatan sejak 1981," tulis BMKG.

BMKG mencatat, hasil pengamatan periode 22-29 September 2023, suhu maksimum harian di beberapa wilayah Indonesia mencapai 35-38 derajat Celcius pada siang hari.

Data BMKG menunjukkan, bulan Mei 2023 mencatat anomali kenaikan suhu tertinggi sejak awal tahun. Dengan suhu udara rata-rata bulan Mei 2023 tercatat mencapai 27,4 derajat Celcius.

Terus Berlanjut

Dalam unggahan video di akun Instagram resmi BMKG disebutkan, fenomena suhu panas terik terjadi karena dipicu oleh beberapa faktor kondisi dinamika atmosfer, yaitu:

- dominasi kondisi cuaca cerah dan minimnya tingkat pertumbuhan awan di di siang hari. Minimnya awan juga berkaitan dengan musim kemarau yang saat ini terjadi di Indonesia.

- posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator.

BMKG memprediksi kondisi cuaca panas terik masih akan berlangsung hingga bulan Oktober ini.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas Brutal Terus Hantui Asia, Dunia Harus Waspada!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular