Padahal Negara Kaya, Arab Saudi Terancam Defisit Rp 339 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Negara Raja Salman bin Abdulaziz, Arab Saudi, diperkirakan akan mencatat defisit fiskal tahun ini. Hal ini berdasarkan tinjauan Kementerian Keuangan Kerajaan yang diumumkan pada Sabtu (30/9/2023) malam.
Awalnya, Riyadh merencanakan surplus sebesar 16 miliar riyal Saudi (Rp 66 triliun) pada 2023. Namun Kementerian merevisi dan meramal defisit sebesar 82 miliar riyal (Rp 339 triliun) yang setara dengan 2% dari produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.
Penurunan pendapatan karena turunnya harga minyak menjadi penyebab. Arab Saudi sendiri diketahui telah berupaya menaikkan harga minyak dengan mengurangi produksi global.
Defisit pun diperkirakan akan melanda hingga 2024. Angkanya sebesar 79 miliar riyal.
Sebelumnya pada Desember 2022, negara ini mengumumkan surplus anggaran tahunannya yang pertama dalam hampir satu dekade. Harga minyak yang naik karena perang Rusia Ukraina menjadi penyebab.
Namun tahun ini, pendapatan minyak turun 17% karena harga turun dan Riyadh memangkas produksi dalam upaya mendorong harga naik. Saat ini, Arab Saudi memproduksi 9 juta barel per hari, yang artinya berkurang dua juta barel per hari dibandingkan tahun lalu.
Peningkatan pengeluaran juga berkontribusi terhadap perkiraan defisit. Diketahui pemerintahan yang kini dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) menerapkan program terkait Visi 2030 yang menuntut pembangunan infrastruktur besar-besaran.
"Pemerintah akan terus menerapkan reformasi struktural fiskal dan ekonomi untuk membantu mengembangkan dan mendiversifikasi perekonomian Saudi, dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sambil menjaga keberlanjutan fiskal," tegas Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al Jadaan dikutip Al Mayadeen.
(sef/sef)