Di Depan Megawati & Ganjar, Jokowi Ungkap Kengerian Ancam RI!
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo mengungkapkan, dunia kini tengah mengalami kengerian yang diakibatkan perubahan iklim dan konflik geopolitik. Kengerian itu ia titik beratkan pada krisis pangan yang melanda banyak negara.
Perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan berkepanjangan ditambah dengan konflik Rusia-Ukraina menurutnya menyebabkan pasokan pangan di dunia menipis. Membuat banyak negara menghentikan ekspor produk pangan demi memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya.
"Ngeri sekali kalau melihat cerita semua negara sekarang, rem semua, tidak ekspor pangannya. Gandum sudah, beras sudah, gula sudah semuanya ngerem semuanya," kata Jokowi saat berpidato di Rapat Kerja Nasional ke-4 PDI Perjuangan di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9/2023).
Hadir dalam acara ini, Presiden RI ke-5 sekaligus Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Calon Presiden Ganjar Pranowo dan sederet tokoh lainnya.
Perubahan iklim menurutnya juga sangat dirasakan oleh masyarakat, ditandai dengan efek el nino yang menyebabkan gagal tanam di 7 provinsi di Indonesia. Akibatnya, Indonesia kini juga tengah mengalami gagal panen dan mempengaruhi pasokan komoditas pangan.
"Kenaikan suhu bumi, kekeringan di mana-mana, kemarau panjang, sehingga menyebabkan gagal tanam yang menyebabkan gagal panen dan super el nino yang ada di 7 provinsi negara kita juga mempengaruhi pasokan pangan pada rakyat kita," ucap Jokowi.
Adapun dampak konflik Ukraina dan Rusia, menurutnya juga memperburuk pasokan pangan tersebut, terutama dari sisi pasokan gandum, karena dua negara itu merupakan produsen utama. Ia mengaku sudah bertemu kedua pimpinan negara itu dan menyatakan memang ekspor gandum terhenti saat ini karena tak amannya jalur perdagangan di wilayahnya.
Saat bertemu dengan Presiden Ukraine Volodymyr Zelenskyy, Jokowi mengaku diinformasikan langsung olehnya bahwa setidaknya ada 77 juta ton gandum asal Ukraina yang tak bisa di ekspor. Sedangkan saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin ia mengaku dikabari ada 130 juta ton gandum yang tak bisa diekspor.
"Artinya, total dari dua negara itu yang tidak bisa keluar gandumnya, 207 juta ton, sehingga yang terjadi adalah di Afrika, di Asia, maupun Eropa sendiri kekurangan pangan. Itu betul-betul nyata dan terjadi," tegas Jokowi.
Parahnya, ia melanjutkan, Indonesia merupakan negara importir gandum yang membutuhkan setidaknya 11 juta ton per tahun dan 30% kebutuhan impor itu didatangkan langsung dari Ukraina dan Rusia. Maka, ia mengatakan, kenaikan harga produk pangan pun otomatis terjadi.
"Harga yang naik drastis dan bahkan kemarin saya membaca di sebuah berita di satu negara maju di Eropa anak-anak sekolah banyak yang sudah tidak sarapan pagi, yang biasanya sarapan pagi sekarang sudah tidak sarapan pagi, karena kekurangan bahan pangan, karena mahalnya bahan pangan," ungkap Jokowi.
Tidak adanya ekspor untuk produk pangan lain selain gandum dari negara-negara produsen utamanya, seperti beras dan gula, menurut Jokowi juga menjadi salah satu sebab naiknya harga komoditas pangan itu di berbagai dunia, termasuk Indonesia.
"Tadi pagi saya baca bukan 19 lagi tapi 22 negara sekarang tidak mau ekspor bahan pangannya termasuk di dalamnya adalah beras. ada Uganda, Rusia, India, Bangladesh, Pakistan dan Myanmar terakhir juga akan masuk tidak ekspor lagi bahan pangannya," tuturnya.
"Betapa nanti kalau ini diteruskan semua harga bahan pokok pangan akan naik," tegas Jokowi.
Oleh sebab itu, ia menekankan, pemerintah Indonesia saat ini akan memfokuskan kebijakan untuk memperkuat kedaulatan pangan. Menurutnya, dalam menyiapkan kedaulatan pangan itu tidak bisa sebentar, karenanya pada 5-10 tahun ke depan harus ada rencana strategis kongkrit dari pemimpin bangsa ke depan penggantinya.
"Tadi saya bisik-bisik ke beliau (Ganjar Pranowo), pak nanti habis dilantik besoknya langsung masuk ke kedaulatan pangan, enggak usah lama-lama perencanaannya, disiapkan dari sekarang, begitu dilantik besok langsung kerja ke kedaulatan pangan," ucap Jokowi.
(mij/mij)