
Bos Pengusaha Ungkap Biang Kerok Utama Penyebab Mal Sepi Lengang

Jakarta, CNBC Indonesia - Penampakan mal-mal sepi dan lengang di wilayah Jakarta dan sekitarnya ternyata masih ada.
Meski pemerintah sudah mencabut pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akibat pandemi Covid-19 sejak akhir tahun 2022 lalu.
Lalu apa penyebab masih ada mal yang sepi bak kuburan meski tak lagi ada pembatasan interaksi sosial?
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, kondisi mal di Indonesia saat ini mengalami situasi yang harus dianalisis secara kasus per kasus.
Menurutnya, justru sejak pemerintah mencabut PPKM dan interaksi sosial pasca-pandemi Covid-19 dibebaskan, industri pusat perbelanjaan modern di Indonesia mengalami perbaikan pertumbuhan.
Hal itu, katanya, terlihat dari indikator dan parameter kinerja mal itu sendiri.
"Tingkat kunjungan sekarang sudah lebih 100%, ini rata-rata nasional ya. Artinya, sudah melampau level sebelum pandemi tahun 2019. Kalau tahun 2020 itu rata-rata kunjungan secara nasional itu sekitar 50%, tahun 2021 naik sedikit ke 60%, dan tahun 2022 itu ke 90%," katanya dalam Properti Point CNBC Indonesia, dikutip Jumat (29/9/2023).
Begitu juga, lanjutnya, dari sisi okupansi mal. Saat ini juga sudah kembali ke posisi sebelum pandemi Covid-19 yang berkisar 90%. Di mana saat pandemi drop ke hanya 70%.
Sekarang, kata Alphonzus sudah berkisar 80-90% lagi.
Indikator lainnya, terangnya, dari sisi durasi kunjungan. Sebelum pandemi, katanya, rata-rata sekitar 2-3 jam, lalu saat pandemi anjlok drastis jadi kurang 1 jam. Hal itu, jelasnya, karena pengunjung memang hanya belanja lalu pulang, menghindari interaksi karena masih pandemi.
"Sekarang, durasinya sudah meningkat lagi ke 2-3 jam. Sudah normal kembali. Jadi semua indikator menunjukkan industtri perbelanjaan di Indonesia ini sudah sudah lebih baik, kembali ke sebelum pandemi Covid-19," kata Alphonzus.
"Memang ada beberapa pusat perbelanjaan yang tingkat kunjungannya tidak pulih, nggak kunjung normal, malah makin turun. Tapi ini harus dilihat satu per satu," ujarnya.
Solusi
Akibat pandemi Covid-19, terang Alphonzus, interaksi sosial dibatasi, dengan PSBB atau pun PPKM.
"Karena itu, setelah PPKM dicabut, masyarakat sekarang ke mal bukan mau belanja. Tapi mau interaksi sosial, experience. Karena selama pandemi, interaksi sosial ini dilarang. Itu sebabnya, sekarang, setiap weekend, holiday, mal penuh, cari parkir susah," katanya.
Artinya, lanjut Alphonzus, mal saat ini tak bisa lagi hanya menawarkan fungsi sebagai tempat berbelanja.
"Sebab, selama pandemi Covid-19, kebutuhan masyarakat berbelanja relatif sudah terpenuhi oleh online. Jadi, mal sekarang harus bisa memfasilitasi masyarakat untuk berinteraksi sosial secara fisik, bukan yang di dunia maya," cetusnya.
"Pusat perbelanjaan yang nggak bisa memberikan fasilitas ini akan ditinggalkan pengunjung, customer," ujar Alphonzus.
Untuk itu, lanjutnya, pengelola mal harus segera berubah, merespons kondisi yang ada saat ini. Dengan begitu, mal tersebut menjadi pilihan bagi masyarakat dan dikunjungi.
"Jadi yang sangat dibutuhkan masyarakat adalah interaksi sosial. Ini harus direspons. Intinya, soal masih ada mal yang sepi, harus dilihat kasus per kasus. Tidak bisa sama rata," kata Alphonzus.
=====
Artikel ini telah mengalami perubahan pada hari Senin (11/8/2025) pukul 15.57 WIB pada bagian awal dan penggantian foto sebagai bagian Hak Koreksi atas keberatan dari Manajemen One Belpark Mall. Redaksi menyampaikan maaf karena kekuranglengkapan informasi yang ditayangkan sebelumnya dan terima kasih atas koreksi yang disampaikan.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fenomena Mal Sepi Bak Kuburan dan Restoran Tumbang, Ada Apa?
