Internasional

Skandal Kriminal Jerat Bos Evergrande, Perusahaan Buka Suara

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
29 September 2023 10:40
FILE PHOTO: FILE PHOTO: An exterior view of China Evergrande Centre in Hong Kong, China March 26, 2018. REUTERS/Bobby Yip/File Photo/File Photo
Foto: REUTERS/Bobby Yip

Jakarta, CNBC Indonesia - Skandal baru kini menjerat raksasa properti China, Evergrande. Setelah jatuh dalam utang senilai US$ 300 miliar atau Rp 4.650 triliun (Rp kurs 15.500), kali ini pendiri grup properti itu, Hui Ka Yan, sedang diselidiki atas dugaan kejahatan ilegal.

Perdagangan saham perusahaan tersebut dihentikan pada hari sebelumnya setelah ada laporan bahwa pimpinannya telah ditempatkan di bawah pengawasan polisi. Evergrande mengatakan sahamnya akan tetap ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

"Perusahaan dengan ini mengumumkan bahwa Perusahaan telah menerima pemberitahuan dari otoritas terkait bahwa Tuan Hui Ka Yan ... telah menjalani tindakan wajib sesuai dengan hukum karena dugaan kejahatan ilegal," kata Evergrande dikutip Reuters, Jumat (29/9/2023).

Berita ini memberi sinyal untuk pertama kalinya bahwa pihak berwenang dapat meminta pertanggungjawaban miliarder pendiri Evergrande atas kesulitan keuangan yang dialami pengembang. Diketahui, utang raksasa itu telah menghancurkan sektor properti yang menyumbang sekitar seperempat perekonomian China.

Penyelidikan terhadap Hui, yang mendirikan Evergrande pada 1996, juga menjadi sebuah kemunduran yang luar biasa bagi mantan teknisi baja berusia 64 tahun tersebut.

"Setidaknya ini menunjukkan bahwa rangkaian gejolak yang terjadi baru-baru ini di Evergrande bukannya tidak berdasar," kata Yan Yuejin, analis di E-house China Research and Development Institution di Shanghai.

"Kami percaya bahwa gejolak utang Evergrande telah menimbulkan gejolak besar dan dampak negatif terhadap perekonomian global, dan hal-hal di baliknya tidaklah sederhana."

Perkembangan terakhir ini merupakan pukulan besar bagi Evergrande yang dulunya merupakan pengembang dengan penjualan terlaris. Selain tekanan kas yang dialami sejak 2021, perusahaan ini juga gagal membayar kewajiban utang luar negerinya pada akhir tahun itu.

"Tidak jelas mengapa Hui berada di bawah pengawasan polisi, tapi ini mungkin menandakan adanya negosiasi tertentu yang diminta pemerintah. Perkembangan terakhir telah mengganggu harapan restrukturisasi," kata Gary Ng, ekonom senior Asia Pasifik di Natixis.

"Tidak ada pengembang yang terlalu besar untuk gagal di Tiongkok, dan oleh karena itu sulit membayangkan dana talangan penuh. Namun, jika menyangkut stabilitas, ada kemungkinan untuk melihat lebih banyak pengaruh pemerintah dalam cara yang berbeda," tambah Ng.

Evergrande telah berupaya mendapatkan persetujuan kreditur untuk merestrukturisasi utang luar negerinya. Prosesnya menjadi rumit minggu ini setelah Evergrande mengatakan pihaknya tidak dapat menerbitkan utang baru karena penyelidikan terhadap unit utamanya di China.

Reuters juga melaporkan pada Selasa bahwa kelompok kreditur luar negeri utama Evergrande berencana untuk bergabung dengan petisi likuidasi yang diajukan terhadap pengembang jika perusahaan tidak mengajukan rencana perombakan utang baru pada akhir Oktober.

Analis sendiri menduga masalah Evergrande telah meningkatkan prospek intervensi oleh otoritas China untuk mengelola segala kemungkinan dampak terhadap sistem keuangan dan perekonomian yang lebih luas.

"Mereka telah berhasil menghindari 'intinya' dalam mencegah krisis sistemik yang disebabkan oleh salah satu pengembang sejauh ini, dan hampir pasti akan melakukan intervensi lebih lanjut jika situasi Evergrande tampaknya mengarah pada penularan," kata Christopher Beddor, Wakil Direktur Penelitian China di Gavekal Dragonomics.

"Namun terlepas dari itu, pendekatan mereka.. sering kali tampak bertentangan dan terkadang tidak koheren, dan hal itu berlanjut hingga saat ini."


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raksasa Properti China Bangkrut, Awas! Bisa Goncang Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular