Cadangan Nikel RI Menipis, Anak Buah Luhut Bilang Gini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan Indonesia saat ini memiliki cadangan logam nikel sekitar 50-60 juta metrik ton.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menyebut dengan jumlah tersebut, maka sisa umur cadangan nikel RI diperkirakan mampu bertahan hingga sekitar 25-30 tahun ke depan.
Namun demikian, sisa umur cadangan nikel diperkirakan akan menurun menjadi 20 tahun menyusul dengan mulai adanya proyek smelter nikel yang saat ini dalam tahap konstruksi.
"Yang jadi isu kan kapasitas produksi sekarang, kita lihat ada yang konstruksi itu kira-kira (butuh) 1 juta ton (logam nikel), jadi mungkin kapasitas kita kalau di tambang udah jadi sampai 1 juta ton itu akan membuat cadangan kita turun jadi 20 tahunan, kita targetnya sih harus bisa dijaga di 20-25 tahun," kata Seto dalam Program Sustainable Future CNBC Indonesia, dikutip Rabu (27/09/2023).
Oleh sebab itu, saat ini pemerintah juga berupaya untuk mengembangkan industri pabrik daur ulang baterai kendaraan listrik. Pasalnya, dari proses ini setidaknya 99% nikel dapat diekstrak kembali.
"Teknologi yang ada sekarang bisa kita ambil 99% nikel yang ada di baterai bekas. Jadi saya kira ini suatu rencana yang sudah ada satu recycling battery di Morowali, saya kira kita juga berencana membangun lagi. Jadi akhirnya Indonesia tidak hanya menghasilkan nikel dari tambang tapi juga recycle," katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mendorong agar kegiatan eksplorasi untuk menambah cadangan nikel di Indonesia dapat dilakukan. Hal tersebut mempertimbangkan sisa umur cadangan nikel RI yang cukup kritis.
Setidaknya, ada beberapa kegiatan eksplorasi yang dapat dilakukan. Misalnya, yakni eksplorasi yang dilakukan di area brownfield atau eksplorasi lanjutan oleh perusahaan yang sudah dapat Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan eksplorasi Greenfield, di daerah-daerah baru yang memang belum dilakukan eksplorasi.
"Ini masih banyak daerah-daerah baru yang belum dieksplorasi terutama yang di daerah Indonesia Timur ya Sulawesi, Maluku, dan Papua. Kita baru sekitar 34% wilayah potensial yang memiliki sumber daya nikel itu yang baru dilakukan eksplorasi sehingga perlu segera dikembangkan ke arah sana," kata dia dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, Selasa (5/9/2023).
Menurut Rizal, dengan masih banyaknya wilayah di Indonesia yang belum dilakukan eksplorasi, ia berharap Kementerian ESDM dapat segera melakukan penunjukan langsung maupun lelang wilayah. Sehingga kegiatan eksplorasi untuk menemukan sumber cadangan nikel baru dapat segera terealisasi.
"Kenapa? Karena kegiatan eksplorasi ini memakan waktu yang lama bisa antara 6 sampai 8 tahun baru kita tahu berapa besar cadangannya," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia", Indonesia disebut memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.
Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.
Adapun cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kadar 1%-2,5%, di mana cadangan bijih nikel dengan kadar kurang dari 1,7% sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% sebesar 1,76 miliar ton.
(wia)