Internasional

Sah! Raja Salman Main Nuklir, Janjikan Ini ke Dunia

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
27 September 2023 07:59
Sebuah bendera Arab Saudi berkibar di atas gedung konsulat di Istanbul pada 17 Oktober 2018. - Konsul Arab Saudi untuk Istanbul Mohammed al-Otaibion pada 16 Oktober 2018 meninggalkan kota Turki menuju Riyadh dengan penerbangan terjadwal, kata laporan, saat Turki bersiap untuk menggeledah kediamannya dalam penyelidikan hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi. (OZAN KOSE/AFP via Getty Images)
Foto: Bendera Arab Saudi (AFP via Getty Images/OZAN KOSE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi, negeri Raja Salman bin Abdulaziz resmi bermain nuklir. Komitmen khusus diumumkan untuk membangun program energi nuklir, awal pekan ini.

Hal ini terjadi saat Riyadh terus berupaya untuk menjadi pemain yang lebih kuat di panggung internasional. Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman Al Saud mengatakan negaranya akan menerapkan prosedur pengamanan dan pemeriksaan yang jauh lebih ketat, termasuk berkonsultasi kepada pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

"Kerajaan baru-baru ini mengambil keputusan membatalkan Small Quantities Protocol (SQP) dan beralih ke Comprehensive Safeguards Agreemen (CFA) yang mencakup seluruh area," kata Pangeran Abdulaziz Al Saud seperti dimuat CNBC International, dikutip Rabu (27/9/2023).

"Kerajaan ini berkomitmen melalui kebijakannya mengenai energi atom dengan standar transparansi dan keandalan tertinggi," tegasnya.

Perlu diketahui SQP adalah Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, yang menjadi instrumen hukum antara negara-negara dengan Badan Atom Internasional (IAEA), namun negara itu sendiri tidak memiliki bahan nuklir atau tidak memiliki fasilitas nuklir.

CFA sendiri lebih ke perjanjian pengamanan yang komprehensif. Di mana IAEA mempunyai hak dan kewajiban untuk memastikan bahwa pengamanan diterapkan sebuah negara pada semua bahan nuklir di wilayah, yurisdiksi atau kendalinya memiliki tujuan eksklusif dan tidak dialihkan menjadi senjata nuklir atau bahan peledak lain.

Sementara itu, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengaku akan membantu Arab Saudi untuk membangun kemampuan nuklir sebagai sumber energi. Ia pun menunggu komunikasi keduanya.

"Saya menantikan komunikasi resmi dari Arab Saudi mengenai keputusannya," tegasnya.

Sebenarnya, pernyataan Pangeran Abdulaziz tetap meningkatnya kekhawatiran di kalangan pakar. Pasalnya Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) pernah mengatakan dalam wawancara dengan Fox News bahwa jika Iran mengembangkan senjata nuklir, negaranya pun akan melakukannya.

Ini pun tak hanya sekali. Ia juga pernah membuat pernyataan yang sama dalam sebuah wawancara dengan CBS pada tahun 2018.

Arab Saudi diketahui memiliki reaktor nuklir kecil, sebuah unit penelitian yang didirikan dengan bantuan Argentina. Namun hingga kini reaktor ini belum beroperasi.

Arab Saudi juga diketahui telah berusaha mendapatkan konsesi sebanyak mungkin dari Washington. Bantuan Amerika Serikat (AS) dalam program energi nuklir adalah salah satu tuntutan utama Arab Saudi ketika Paman Sam mendesaknya untuk bekerja sama dengan Israel.

Diketahui melalui Abraham Accord, AS telah meng-goal-kan normalisasi hubungan sejumlah negara Arab dengan Tel Aviv. Ini pun tanpa memperhitungkan masalah Palestina.

Meski demikian Israel sendiri, dimuat laman yang sama, menolak lampuĀ hijab nuklir di Arab Saudi. Ini dikatakan pemimpin oposisi Israel Yair Lapid dalam sebuah pernyataan pekan lalu.

"Perjanjian normalisasi dengan Arab Saudi akan menjadi perkembangan yang disambut baik. Namun tidak dengan membiarkan Saudi mengembangkan senjata nuklir. Bukan dengan mengorbankan perlombaan senjata nuklir di seluruh Timur Tengah," tegasnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gelombang Panas Hantui Arab Saudi, Suhu 50 Derajat Celcius

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular