
Top! Kereta Cepat JKT-BDG Tak Kalah dengan Jepang-Eropa-China

Jakarta, CNBC Indonesia - Kereta Cepat Jakarta-Bandung 'Whoosh' sudah mulai uji coba 15 September hingga 30 September 2023. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) membuka kesempatan warga untuk uji coba.
CNBC Indonesia dan ratusan perwakilan warga sempat menjajal pada Sabtu, 23 September 2023 dari Stasiun Halim-Tegalluar PP sepanjang 142 km.
Kereta Whoosh mulai meninggalkan Stasiun Halim pukul 08.58 WIB, kereta langsung melesat menuju kecepatan 100 km dalam hitungan detik, menembus terowongan pertama yang melintasi bawah Tol Cikampek.
Setelah itu kereta melaju kian cepat di jalur elevated di kawasan Bekasi, hingga Karawang. Setelah stasiun Karawang ini, puncak kecepatan kereta tercapai. Pengamatan pada saat itu, kecepatan tembus 348 km/jam. Pada kecepatan secepat ini, kereta melaju stabil dan nyaris tak ada suara bising. Suara sambungan rel yang umumnya terdengar pada kereta konvensional, tak terdengar sama sekali.
![]() Suasana uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (CNBC Indonesia/Suhendra) |
Rasanya cukup takjub dengan sensasi pengalaman ini, saya seolah sedang tak ada di Indonesia. Dari luar jendela sawah-sawah menghijau dan pepohonan yang tampak sekejap dari pandangan mata, silih berganti dari pandangan.
Sensasi makin menarik saat kereta mulai banyak menembus terowongan-terowongan panjang dan pendek di perut pegunungan menjelang Padalarang Bandung. Saat menembus terowongan, suasana jendela kereta berubah jadi gelap, sebelum kembali terang usai menembus terowongan.
Kejauhan pegunungan batuan kapur Bandung purba tampak terlihat makin eksotis. Ini menandakan, kereta sebentar lagi tiba di kawasan Bandung Raya. Tepat pukul 09.26, kereta perlahan berhenti di Stasiun Padalarang. Di lokasi ini, dari jendela tampak para pekerja masih menyelesaikan sedikit pengerjaan di areal stasiun, bersiap sebelum operasi komersial Oktober 2023 nanti.
Tak sampai 5 menit, kereta peluru ini kembali meninggalkan stasiun pada pukul 09.30, tak butuh sampai waktu 10 menit, kereta sudah sampai di ujung stasiun terakhir, Stasiun Tegalluar, tepat pukul 09.40. Tampak berbaris para petugas, memberikan salam hormat kedatangan kereta.
Seolah seperti perjalanan komersial, para penumpang diminta keluar dari kereta. Tampak juga para pramugari memberikan bimbingan pengarahan kepada penumpang untuk menuju akses ke luar stasiun. Tampak Stasiun Tegalliuar yang megah dengan atap-atap besi beton yang tampak kokoh, dan dari kejauhan tampak Stadion Sepakbola Gelora Bandung Lautan Api, berdiri gagah.
Tak terasa, pengumuman dari pengeras suara, agar para penumpang segera memasuki kereta kembali. Tepat pukul 10.15 kereta pun kembali meninggalkan Tegalluar, lalu melesat ke Padalarang dan berhenti sejenak, dan kemudian melanjutkan perjalanan. Sampai akhirnya di Stasiun Karawang kereta berhenti beberapa menit.
Lalu kereta kembali melesat, tak terasa waktu sudah pukul 11.00. Kereta sudah berada di jalur di tepi Tol Cikampek, tampak kendaraan di Tol MBZ seolah kalah balapan karena tak kuasa menandingi kecepatan kereta Whoosh ini. Pukul 11.10, kereta pun berhenti mulus, dan terlihat wajah-wajah puas dari para warga merasakan sensasi kereta cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini.
Pengalaman Naik Kereta Peluru Negara Lain
Sensasi naik kereta peluru Jakarta Bandung, jadi pengalaman yang kesekian kali. Pada 2015, saya juga sempat merasakan sensasi kereta ICE (Inter City Express) milik Jerman dalam perjalanan dari Hamburg-Berlin PP. Saat itu kereta ICE hanya melaju pada kecepatan 200 km/jam, meski secara resmi kereta ini bisa melesat pada kecepatan 230 km/jam. Tentu bila dibandingkan ICE kala itu dan kereta cepat Jakarta Bandung kini, jauh lebih unggul dari sisi kecepatan dan suasana kabin yang lebih kinclong.
Selain di Eropa, pada 2013 lalu saya berkesempatan menjajal Merasakan layanan kereta cepat (CRH) dari Beijing-Tianjin China. Kereta Cepat CRH ini mampu melesat dengan kecepatan 300 km/jam.
![]() Suasana uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (CNBC Indonesia/Suhendra) |
Jarak antara Beijing dengan Tianjin yang berjarak 120 km hanya ditempuh dengan waktu kurang lebih 33 menit. Tiket yang ditawarkan relatif murah yaitu 54,5 yuan atau sekitar Rp 85.000 per orang pada kala itu.
Keunggulan dari kereta cepat ini, sangat nyaman, bersih dan tak bising. Sambungan rel kereta tak membuat efek berisik pada roda kereta. Fasilitas kereta China ini dilengkapi oleh beberapa fitur canggih seperti papan informasi digital yang memberikan informasi soal kecepatan kereta, nomor gerbong, suhu di luar ruangan dan lain-lain. Nuansa ini pun mirip saat saya menjajal kereta cepat Jakarta-Bandung yang juga memang produksi China.
Selain itu, setiap kursi didesain seperti layaknya kursi pesawat terbang karena dilengkapi dengan meja makan yang bisa dilipat ke bagian kursi penumpang depan. Batas kursi dengan kursi memiliki ruang kosong yang sangat lega sehingga penumpang bisa leluasa menggerakkan kakinya. Kursi kereta ini pun bisa diputar berlawanan arah agar mata penumpang bisa searah dengan arah pergerakan kereta. Persis, fasilitas yang sama juga ada pada kereta cepat Jakarta-Bandung.
![]() Suasana uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (CNBC Indonesia/Suhendra) |
Saya juga pernah menjajal Shanghai Maglev Train (SMT), kereta cepat berbasis teknologi magnetik pada relnya. China sejak Desember 2002 lalu telah mengoperasikan kereta Maglev ini secara komersial dengan nama Shanghai Maglev Train (SMT). Kereta ini meluncur dengan jarak 30 km tanpa berhenti di satu stasiun pun karena langsung menuju Pudong International Airport.
Pada 2011 saya juga sempat menjajal kereta cepat Shinkansen, dari Tokyo-Shizuoka. Pada saat itu, bila dibandingkan dengan kereta cepat di China maupun yang ada di Jakarta-Bandung saat ini. Kereta Shinkansen pada saat itu sensasinya 'biasa' saja.
Jadi menurut pendapat saya, kereta cepat Jakarta-Bandung tak kalah dengan kereta cepat negara lain. Bahkan saya sendiri baru merasakan sensasi melaju di atas kereta dengan kecepatan nyaris 350 km/jam baru mengalaminya saat menjajal kereta Jakarta-Bandung. Tentu ini pengalaman berharga, dan tanda peradaban transportasi massal di Indonesia kian berkembang.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hujan Deras! Kereta Cepat Ngebut 300 Km/Jam, JKT-BDG 20 Menit