
Sabda Bos BI: Kinerja Ekonomi RI Salah Satu Terbaik di Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan kondisi ekonomi Indonesia saat ini merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
Dia memastikan, BI akan bekerja sama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lain untuk menjaga tren kinerja ekonomi tersebut, melalui penguatan bauran kebijakan.
"Indonesia, economic performancenya, kinerja ekonominya adalah salah satu yang terbaik di dunia dan BI akan terus berinovasi untuk perkuat baruan kebijakannya yang semakin lama akan semakin pro market dan tumbuh kembangkan industri keuangan dan sistem pembayaran kita," kata Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Dia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada keseluruhan tahun ini akan berada pada rentang 4,5-5,3%, masih stabil dari realisasi pertumbuhan 2022 sebesar 5,3%. Diiringi dengan terjaganya inflasi di kisaran 3% plus minus 1% pada sisa tahun 2023 dan ke level 2,5% plus minus 1% pada 2024.
Kinerja itu pun jauh melampaui perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini yang hanya akan berada di kisara 2,7%, akibat masih tingginya tekanan inflasi global dan tingginya tekanan suku bunga acuan bank sentral negara-negara maju.
Neraca perdagangan sampai dengan Agustus 2023 pun masih mencatatkan surplus sebesar US$ 4,4 miliar sehingga mendukung transaksi berjalan kuartal III 2023 tetap terjaga. Sementara itu, aliran modal asing ke pasar keuangan domestik dalam bentuk investasi portofolio hingga 19 September 2023 mencatat net outflow sebesar Us$ 1,7 miliar AS dipengaruhi oleh ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.
"Tapi kami yakin setelah global, Fed Fund Rate (suku bunga acuan bank sentral AS) mencapai puncaknya mulai ada kepastian-kepastian ini, investor pada akhirnya juga akan masuk," ujarnya.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2023 tercatat tinggi sebesar US$ 137,1 miliar, setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Ke depan, kinerja neraca pembayaran pada 2023 diprakirakan tetap terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,4% sampai dengan defisit 0,4% dari PDB. Neraca transaksi modal dan finansial juga diprakirakan tetap terjaga didukung oleh aliran modal masuk dalam bentuk penanaman modal asing (PMA)," tegas Perry.
Secara year-to-date, nilai tukar Rupiah pun kata dia masih mampu menguat 1,22% dari level akhir Desember 2022, lebih baik dibandingkan dengan nilai tukar mata uang negara berkembang lainnya seperti Rupee India, Peso Filipina, dan Baht Thailand yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 0,42%, 1,92%, dan 4,03%.
"Bank Indonesia memprakirakan stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," tutur Perry.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gubernur BI: RI Salah Satu Negara Terbaik Hadapi Krisis Covid