FOTO

Pasar Tanah Abang Sepi, Begini Cara Pedagang Bertahan Hidup

CNBC Indonesia/Muhammad Sabki, CNBC Indonesia
Rabu, 13/09/2023 19:15 WIB

Pasar Tanah Abang sepi pembeli karena kalah bersaing dengan marketplace. Pedagang pun melakukan berbagai cara untuk bertahan hidup.

1/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pedagang menawarkan produk dagangannya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

2/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sebelumnya baru-baru ini viral, seorang pedagang di Pasar Tanah Abang mengeluhkan tokonya yang sepi pembeli. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

3/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pantauan CNBC Indonesia di Blok B Pasar Tanah Abang, biasanya para pedagang sibuk melayani dan tawar menawar dengan pembeli. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

4/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Namun siang itu, beberapa pedagang justru sibuk berbincang di depan ponsel secara live sosial media yang ditaruh di atas meja. Di depan layar, mereka nampak menunjukkan beberapa pakaian secara online melalui fitur live shopping. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

5/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Rayhan Store mengaku menyiasati penjualan dengan dengan fitur online. "Mau gak mau kita harus ngikut perkembangan teknologi meski gak ramai seperti biasanya seenggaknya kita bisa narik pembeli yang ada di rumah" katanya kepada CNBC Indonesia. Ia mengaku kadang bisa untung 50% dari penjualan. meski tidak diberitahu nominal nya kepada CNBC Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

6/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Di toko yang berbeda, Fitri, seorang pedagang baju muslim di Blok B Lantai 5 Pasar Tanah Abang. Dia mengaku sudah lama melakoni live shopping dalam kurun satu tahun terakhir. Adapun alasannya, demi mendapat cuan atau keuntungan dari sepinya pembelian offline.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

7/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Fitri juga mengeluhkan soal sepinya pembelian secara online, meski sudah melakukan Live Shopping Fitri merasa tak mampu bersaing dengan penjual yang memberi harga 'ancur-ancuran' atau tak masuk akal, terutama di media sosial TikTok.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

8/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

"Saya lebih banyak ke media sosial lain ketimbang tiktok karena harganya tidak masuk akal turun bangat" katanya kepada CNBC Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

9/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Soal banyak harga yang tak masuk diakal, dia berharap layanan e-commerce bisa mendukung pedagang produsen dan reseller bisa terus berjualan. Jika tidak, yang terjadi justru produsen dan reseller bisa saingan harga dan cenderung membuat iklim penjualan yang tidak sehat. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

10/10 Pedagang menawarkan produk daganganya secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Blok B, Jakarta, Rabu (13/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

"Karena di sini grosir jadi aku kasih ke reseller Rp 100 ribu, cuma kalau di live saya nggak berani jual harga reseller, karena reseller saya kan juga ada. Jadi kita tetap menjual sama, kalau di online saya jualnya Rp 135 ribu jadi mereka juga ngikutin Rp 135 ribu. Harus sama, kita nggak boleh nurunin," katanya. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)