Efek India, Harga Beras Dunia Rekor dalam 15 Tahun

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Jumat, 08/09/2023 18:47 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras dunia mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun pada bulan Agustus. Ini terjadi setelah eksportir utama, India melarang penjualan beras ke luar negeri. Hal ini diungkapkan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Jumat (8/9/2023).

Meskipun harga pangan global menurun pada bulan Agustus, harga beras justru naik 9,8% dibandingkan bulan sebelumnya.

"(Ini) Mencerminkan gangguan perdagangan setelah larangan ekspor beras putih Indica oleh India," ungkap FAO dalam laporan bulanannya.


FAO melaporkan kebijakan yang dilakukan India membuat kepanikan dunia. Beberapa negara dan pelaku usaha memilih menahan stok yang membuat harga melejit.

"Ketidakpastian mengenai durasi larangan tersebut dan kekhawatiran terhadap pembatasan ekspor menyebabkan pelaku rantai pasokan menahan stok, menegosiasikan ulang kontrak, atau berhenti memberikan penawaran harga, sehingga membatasi sebagian besar perdagangan pada volume kecil dan penjualan yang telah diselesaikan sebelumnya," imbuhnya.

Beras adalah makanan pokok utama dunia dan harga di pasar internasional melonjak akibat pandemi Covid, perang di Ukraina, dan dampak fenomena cuaca El Nino terhadap tingkat produksi. India pada bulan Juli mengumumkan larangan ekspor beras putih non-basmati, yang jumlahnya sekitar 1/4 dari total ekspor. Kementerian Urusan Konsumen dan Pangan India mengatakan langkah ini diambil memastikan ketersediaan dan meredam kenaikan harga di pasar domestik.

India menyumbang lebih dari 40% dari seluruh pengiriman beras global. Kebijakan India tersebut diperkirakan akan berdampak ke negara-negara Afrika, Turki, Suriah dan Pakistan. Semua negara itu sudah berjuang menghadapi inflasi yang tinggi. Perusahaan analisis data Gro Intelligence memperingatkan dalam sebuah catatan pada bulan Juli.

Filipina, salah satu importir beras terbesar dunia, sepakat menjalin kontrak pengadaan beras dari Vietnam selama 5 tahun.

Foto: Xinhua News Agency | Xinhua News Agency | Getty Images
A farmer in a paddy field in Assam, India.

Efek El Nino

Stok beras dunia diperkirakan akan mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu 198,1 juta ton dengan India dan China memegang hampir 3/4 dari volume tersebut dibandingkan musim-musim sebelumnya, menurut FAO. Jumlah ini mewakili sekitar 38% perkiraan konsumsi beras pada periode yang sama.

"Namun agregat cadangan beras yang dimiliki negara-negara lain diperkirakan akan mengalami kontraksi kedua berturut-turut pada akhir tahun ini," kata FAO.

El Nino juga bisa berdampak negatif pada panen berikutnya. Gejolak di pasar beras terjadi ketika harga pangan global semakin menurun dari puncaknya tahun lalu setelah pecahnya perang antara produsen biji-bijian utama Rusia dan Ukraina.

Indeks harga pangan global FAO mengungkapkan adanya perubahan bulanan harga internasional sejumlah komoditas pangan rata-rata mencapai 121,4 poin pada bulan Agustus, turun 2,1% dari bulan Juli. Indeks tersebut berada 24% di bawah puncak yang dicapai pada Maret 2022.

Harga sereal, daging, susu dan minyak nabati semuanya turun pada bulan Agustus. Namun harga gula naik sebesar 1,3% karena meningkatnya kekhawatiran atas dampak fenomena El Nino terhadap tanaman tebu, bersamaan dengan curah hujan di bawah rata-rata pada bulan Agustus serta kondisi cuaca kering yang terus-menerus di Thailand.

Sementara itu, harga pangan global sedikit pulih pada bulan Juli ketika Rusia menarik diri dari perjanjian yang ditengahi oleh PBB dan Turki yang memungkinkan Ukraina mengirimkan biji-bijian melalui Laut Hitam. FAO mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya telah menurunkan perkiraan perdagangan sereal dunia pada tahun 2023 dan 2024 menjadi 466 juta ton - penurunan 1,7% dari musim sebelumnya.

"Volume perdagangan gandum dan jagung diperkirakan menurun, karena berbagai alasan, termasuk turunnya ekspor Ukraina karena gangguan perdagangan terkait dengan perang yang sedang berlangsung," ucap FAO.

FAO juga telah menurunkan perkiraan perdagangan beras dunia dari angka bulan Juli mengingat peningkatan pembatasan ekspor oleh India. Pemulihan perdagangan beras yang diharapkan pada tahun 2024 tidak akan terlalu besar jika pembatasan di India berlarut-larut dan El Nino mengganggu produksi di eksportir Asia lainnya.


(wur/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sengketa Pulau Tujuh, Gubernur Babel Gugat Mendagri