Bos PLN Buka-bukaan Tantangan Garap Energi Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo membeberkan tantangan utama dalam menggarap energi hijau di Indonesia.

Darmawan mengatakan, untuk menggarap dan mengembangkan energi hijau di dalam negeri, dibutuhkan modal awal yang besar.

"Jadi, ketika kita bicara tentang energi baru terbarukan sebagai penopang beban dasar, di depan memakan investasi besar," jelasnya dalam acara ASEAN Indo-Pacific Forum 2023 di Jakarta, Rabu (6/9/2023).

Dia menyebutkan bahwa tantangan utama dari transisi energi adalah mengeluarkan modal besar di awal yang akan dihitung hingga 25 tahun ke depan.

"Biaya listrik yang diratakan kira-kira akan sama, namun akan diamortisasi dalam 25 tahun ke depan. Jadi tantangan terbesar transmisi energi adalah bagaimana kita bisa mengeluarkan modal yang besar," tambahnya.

Dia memaparkan, untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) misalnya, diperlukan biaya sekitar US$ 2 miliar untuk 1 Giga Watt (GW). Lalu, US$ 500 juta untuk setiap 1 GW Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), US$ 2,7 miliar untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)/ Geothermal.

"Biaya modal, investasi untuk energi ini sangat besar," imbuhnya.

Namun di sisi lain, dia mengakui bahwa biaya operasional untuk pembangkit berbasis energi hijau ini rendah.

Oleh karena itu, menurutnya, melalui ASEAN Indo-Pacific Forum ini diharapkan bisa terwujud kolaborasi, baik dari sisi inovasi, teknologi, dan juga investasi, khususnya untuk pembiayaan energi baru terbarukan ini.

Baca: Jurus PLN Salurkan Listrik Hijau Tanpa 'Kedip'

(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos PLN Bicara Rencana Proyek Listrik Lintas Negara ASEAN