Pedagang Beras Cipinang Teriak Efek Harga Beras Loncat 23%

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Rabu, 06/09/2023 14:50 WIB
Foto: Penjualan beras di Pasar Induk Beras Cipinang sepi karena harga beras meledak. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) teriak dan berkeluh kesah karena sekarang pasar induk sangat sepi hingga penurunan omzet yang drastis akibat dari tingginya harga beras. Hal ini dikeluhkan oleh beberapa pedagang beras yang ditemui CNBC Indonesia di lokasi, Rabu (6/9/2023).

"Oh ya sepi, sekarang silahkan dilihat saja. Datang ke pasar induk, lihat toko atau lapak itu posisinya bagaimana, sepi dan kurang stoknya. Silahkan tanya sama pedagang yang di lapak-lapak," kata Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (KKPIBC) Zulkifli Rasyid.

Zulkifli menyebut semua pedagang sudah mengeluh dengan adanya kenaikan harga beras belakangan ini. Apabila banyak orang beranggapan pedagang diuntungkan dengan adanya kenaikan harga, tetapi nyatanya para pedagang justru mengalami penurunan omset yang sangat drastis.


"Kalau keluhan semuanya mengeluh, yang mau dijual itu gak ada, kalaupun ada itu harganya sudah mahal. Orang itu kadang-kadang beranggapan di saat harga beras mahal itu keuntungan gede bisa dimiliki oleh pedagang, padahal tidak seperti itu," jelasnya.

Hal senada juga dikeluhkan oleh Yono dan Cecep yang juga sebagai pedagang beras di PIBC. "Sepi, ini jadi lebih sepi dari biasanya," tutur mereka.

Yono juga mengatakan, para pedagang saat ini ketakutan untuk membeli beras, sebab saat mereka menjualnya kembali itu terjadi penurunan omset dan banyak menerima komplain dari konsumen dan pedagang eceran.

Foto: Penjualan beras di Pasar Induk Beras Cipinang sepi karena harga beras meledak. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Penjualan beras di Pasar Induk Beras Cipinang sepi karena harga beras meledak. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Bahkan, saat ini mereka mengaku sudah banyak kehilangan omzet sejak harga beras mulai menggila pada awal Agustus 2023 lalu.

"Sekarang kan kita beli beras juga agak takut, karena kita menjual pun ada penurunan keuntungan atau omset. Karena ada komplain dari konsumen, komplain dari pedagang pedagang pasar kecil 'kok setiap hari naik?'," ujar Yono.

Adapun alasan kenaikan harga beras yang terjadi belakangan ini, para pedagang senada mengatakan, itu terjadi karena pasokan dari daerah yang seret, sehingga ketersediaan beras di PIBC menjadi sedikit dan menyebabkan kenaikan harga.

Misalnya menurut Yono, harga beras premium yang dulunya hanya Rp 12.000-12.500/kg kini sudah tembus Rp 14.000-14.500/kg. Kenaikan harganya sudah mencapai 16%.

Sementara itu harga beras medium juga meroket dari kisaran harga Rp 10.500/kg menjadi Rp 12.500-13.000/kg. Kenaikan harganya sudah mencapai 23%.

"Dikarenakan memang pasokan dari daerah itu kurang, terus yang pasti sekarang kan tidak ada panen, yang punya berat sekarang ini kan hanya pabrik-pabrik besar, pabrik-pabrik kecil sudah pada tutup, sudah gak kuat beli gabah. Ada panen sedikit sudah diambil sama pedagang-pedagang besar," jelas Yono.

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di PIBC, memang terlihat toko/lapak para pedagang yang sepi dari pembeli. Tak hanya sepi dari pembeli, ketersediaan beras yang biasanya bisa memenuhi hampir seluruh ruang di lapak mereka, kini pasokan beras tersebut hanya dapat mengisi setengah ruang yang ada di lapak.


(wur/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beras Putih Tak Selalu Premium, Konsumen Jadi Korban?