
RI Bersiap Memulai Produksi Baterai EV di 2027

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkapkan bahwa Indonesia diharapkan sudah bisa mulai produksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di tahun 2027 mendatang.
Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Wakil Menteri BUMN I, Kartiko Wirjoatmodjo (Tiko). Dia mengatakan bahwa saat ini Indonesia sudah mulai memproses bijih nikel di sektor manufaktur untuk bisa menjadi salah satu bahan utama dalam pembuatan baterai EV.
Dengan begitu, Tiko mengatakan Indonesia diharapkan bisa mulai produksi baterai EV di tahun 2027 mendatang.
"Kita yang tadinya kita banyak ekspor bijih (nikel) sekarang akan masuk ke ekspor manufacturing. Mudah-mudahan di 2027 nanti mulai bisa memproduksi baterai untuk domestik maupun untuk ekspor juga," ujar Tiko kepada CNBC Indonesia dalam program BUMN Performance Report 2023, dikutip Senin (4/9/2023).
Yang jelas, kata Tiko, Indonesia saat ini sudah bekerja sama dengan perusahaan baterai EV terbesar di dunia yakni CATL asal China dan LG asal Korea Selatan yang bekerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
"Kita di MIND ID dan Antam sudah ada kerja sama dengan CATL dengan LG bagaimana membangun ekosistem baterai ini mulai dari hulu pertambangan di sisi smelternya sampai ke sisi baterainya," bebernya.
Pemerintah pun tengah mempercepat proses kerja sama antar pihak untuk membuat perubahan besar dalam transformasi mineral khususnya untuk menjadi produk baterai EV dalam negeri.
"Ini kita lagi dorong supaya dipercepat dengan CATL dan ini bisa menjadi salah satu perubahan besar dalam transformasi mineral," tandasnya.
Di lain sisi, Holding BUMN Pertambangan MIND ID sebelumnya menyatakan bakal membangun pabrik baterai kendaraan listrik berkapasitas 15 Giga Watt (GW) pada 2027 mendatang. Adapun proyek ini digadang-gadang membutuhkan investasi sebesar US$ 12 miliar atau Rp 183 triliun.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan bahwa pihaknya saat ini sudah mulai melakukan beberapa terobosan untuk menggenjot ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Salah satunya yakni dengan menggandeng perusahaan asal China, CATL melalui PT Aneka Tambang (Antam) untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik di tanah air.
"Rencananya 15 GW sampai 2027. (Kebutuhan investasi) US$ 12 miliar," kata dia ditemui usai acara Forum Sinergi BUMN-Swasta, di Jakarta, Senin (14/8/2023).
Meski demikian, Hendi mengatakan bahwa produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia juga harus diimbangi dari sisi penyerapan di dalam negeri. "Tapi tentunya harus ikut juga pengembangan pasarnya. Artinya kendaraan roda empat dan roda duanya harus ada dulu di Indonesia," tambahnya.
Hendi mengakui masih banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dituntaskan dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri. Pasalnya, tidak hanya sebatas pada baterai saja, terdapat banyak komponen lain yang dibutuhkan untuk mensukseskan penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri.
Ia pun mengaku terbuka lebar apabila swasta lainnya di dalam negeri ingin ikut terlibat dalam proyek percepatan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Mengingat proyek ini mencakup mulai dari hulu ke hilir.
"Kita membutuhkan mitra antara lain mitra swasta yang bisa melakukan jasa pertambangan dan kemudian jasa eksplorasi," kata dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menilik Performa Kinclong BUMN demi Kemajuan & Kemandirian RI
