
Pendiri ASEAN Asal RI Ini Sempat Dituduh Agen CIA, Benarkah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia akan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023 di Jakarta Convention Center, pada 5-7 September 2023. Pada Keketuaan tahun ini, Indonesia mengusung tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth". Tema ini memberikan makna dan peran penting ASEAN bagi ekonomi kawasan dan dunia. Ajang ini merupakan pertemuan tahunan penting bagi pemimpin negara-negara di Asia Tenggara. Total, ada 11 kepala negara ASEAN yang bakal hadir dalam di acara kali ini.
Sebagai organisasi, ASEAN sudah eksis sejak 56 tahun silam. Tepat pada 8 Agustus 1967 di Bangkok perwakilan 5 negara mendirikan ASEAN sebagai wadah solidaritas dan kerjasama antar bangsa-bangsa Asia Tenggara.
Lima wakil itu antara lain: Thanat Khoman (Thailand), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), Narcisco Ramos (Filipina) dan Adam Malik (Indonesia). Khusus nama terakhir, orang tersebut ketika mendirikan ASEAN menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (1966-1968). Dan beberapa tahun kemudian diangkat menjadi Wakil Presiden RI ke-3 (1978-1983).
Salah satu kisah menarik Adam Malik bukan hanya kiprahnya dalam percaturan politik luar negeri Indonesia, tetapi dugaan yang menyebut dia sebagai agen rahasia CIA saat mendirikan ASEAN dan menjadi orang nomor 2 di Indonesia. Bagaimana ceritanya?
Dihembuskan Jurnalis AS
Nama Adam Malik dan kaitannya dengan badan intelijen Amerika Serikat itu berhembus pada 2008 silam. Penyebabnya adalah buku spionase CIA karya Tim Weiner berjudul Legacy of Ashes, the History of CIA. Buku 300 halaman besutan jurnalis New York Times itu dialihbahasakan ke bahasa Indonesia menjadi Membongkar Kegagalan CIA (2008).
Dalam buku itu, Adam Malik disebut direkrut oleh agen senior CIA bernama Clyde McAvoy. McAvoy bercerita bahwa pertemuannya dengan Adam Malik terjadi di suatu tempat rahasia di Jakarta pada 1964. Dalam pertemuan itu McAvoy mendapat gambaran jelas tentang pandangan Soeharto dan Malik ihwal membebaskan Indonesia dari komunisme.
"Saya merekrut dan mengontrol Adam Malik. [...] Dia adalah pejabat Indonesia yang pernah kami rekrut," kata McAvoy kepada Tim Weiner dalam wawancara pada 2005 lalu.
Perlu diketahui, dalam kurun 1960-an, komunisme di Indonesia sedang berkembang. Presiden Sukarno pun memberi tempat pada ideologi tersebut dan di saat bersamaan secara terang-terangan mengaku anti-Barat.
Praktis situasi ini membuat Amerika Serikat kalang-kabut. Dia tak mau pengaruhnya luntur di Indonesia. Atas dasar inilah, CIA melakukan aksi spionase di Tanah Air. Dalam paparan Tim Weiner, segera setelah terjadi kegagalan kudeta oleh PKI pada 30 September 1965, CIA bergegas mengonsolidasikan pemerintahan bayangan di Jawa Tengah. Pemerintahan itu berisikan 3 orang penting, yakni Mayor Jenderal Soeharto, Sultan Hamengkubuwono IX, dan Adam Malik.
Beberapa hari setelah pembentukan itu terjadi pertemuan rahasia antara utusan Adam Malik dan Bob Martens, atase politik Kedubes AS di Jakarta. Di situlah, Martens konon menyerahkan daftar 67 pemimpin PKI kepada utusan Malik. Setelahnya, tulis Weiner, terjadi operasi anti-komunis di Indonesia salah satunya memberi bantuan dana yang dikirim dengan berpura-pura berjualan obat bersama militer.
Bahkan, disebutkan pula bahwa Malik menerima uang Rp 50 juta untuk membiayai semua kegiatan tersebut.
Dari rangkaian pertemuan itu, di Indonesia memang benar terjadi penghapusan komunisme. Masa-masa setelah Oktober 1965 terjadi peristiwa berdarah terhadap orang-orang yang dituduh komunis. Mereka ditahan dan dibunuh begitu saja.
Setelah sekiranya situasi politik berubah terjadilah pergantian kekuasaan. Soeharto menjadi Presiden Indonesia menggantikan Sukarno pada 1966. Sedangkan, dua nama yang disebut pemerintah bayangan CIA itu, Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik, kelak menjadi Wakil Presiden Indonesia ke-2 dan ke-3.
Dibantah Keluarga
Meski begitu, paparan Tim Weiner itu jelas memantik reaksi banyak pihak karena dinilai melukai martabat Adam Malik. Wakil Presiden RI 2004-2009 Jusuf Kalla (JK) termasuk salah satunya.
"Saya menyesalkan penulisan itu. Saya tidak bisa percaya dan tidak mungkin Pak Adam Malik menjadi agen CIA," tandas Kalla, dikutip dari detikcom (24/11/2008).
JK menyebut ada beberapa alasan logis yang membuktikan Adam Malik bukanlah CIA. Katanya, Malik adalah seorang sosialis dan pendiri partai Murba, yang tak mungkin bekerjasama dengan Amerika Serikat yang berbeda ideologi.
Bantahan ini juga dilakukan oleh keluarga. Antarini Malik, putri Adam Malik, menyebut paparan Weiner itu tidak benar. Sebab, rasa nasionalisme Ayahnya tidak mungkin tergadai begitu saja hanya karena uang.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengenal Tema KTT ASEAN "Epicentrum of Growth", Apa Itu?
