Bos Sawit Semringah, Harga CPO Tembus MYR4.000/Ton
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange menguat dalam sepekan ditopang oleh beberapa sentimen.
Berdasarkan Refinitiv, harga CPO ditutup di MYR4.040/ton pada Jumat (3/9/2023). Dengan ini, harga minyak sawit sudah dua hari kembali ke level psikologis 4.000 usai sebelumnya ditutup naik ke MYR4.010/ton pada Rabu (30/8).
Harga penutupan Jumat lalu menjadi level tertinggi sejak 28 Juli lalu.
Pada perdagangan Kamis (31/8), pasar tutup karena perayaan Hari Kemerdekaan Malaysia.
Dalam sepekan, harga CPO menguat 1,97%, dalam sebulan melompat 4,34%. Namun, sejak awal tahun (YtD) minus 3,21%.
Menguatnya harga CPO masih saja dipicu cuaca hangat mengancam pasokan minyak sawit dan minyak nabati lainnya di Asia di tengah tingginya permintaan pada musim perayaan di India.
Cuaca panas dan kering di India telah menekan hasil panen di tengah tingginya permintaan selama musim perayaan, mengimbangi kekhawatiran dari tingginya persediaan pelabuhan, kata Mitesh Saiya, manajer perdagangan di perusahaan Kantilal Laxmichand and Co yang berbasis di Mumbai.
Dari sisi minyak saingannya, Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, turun 0,16%, sedangkan kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 0,13%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 0,67%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Musim kering yang luar biasa pada bulan Agustus telah berdampak buruk pada tanaman sereal dan minyak sayur di Asia seiring dengan semakin intensifnya El Nino, dan prakiraan curah hujan yang lebih rendah pada bulan September akan semakin mengancam gangguan pasokan.
Impor kedelai Uni Eropa pada musim 2023/24 telah mencapai 2,16 juta ton pada 27 Agustus, naik 10% dari tahun sebelumnya, menurut data yang diterbitkan oleh Komisi Eropa pada hari Selasa.
India bersiap menghadapi curah hujan monsun terendah dalam delapan tahun terakhir, dengan El Nino terlihat mengurangi curah hujan di bulan September setelah bulan Agustus yang diperkirakan akan menjadi bulan terkering dalam lebih dari satu abad, dua pejabat departemen cuaca mengatakan kepada Reuters pada hari Senin.
Kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, mengatakan harga CPO mendapat dukungan dari pasar minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) dan di Dalian Commodity Exchange (DCE).
"Peningkatan harga minyak mentah dan bahan bakar rendah sulfur juga mendukung minyak sawit," ujar Anilkumar kepada Bernama, Jumat (1/9).
Namun demikian, dia mengatakan pasar terus berhati-hati menjelang data ekspor dan produksi resmi pada Agustus.
Di sisi lain, ringgit Malaysia (MYR), mata uang perdagangan sawit, menguat 0,13% terhadap dolar, namun tetap mendekati level terendah dalam satu bulan. Ringgit yang lebih lemah umumnya menjadikan minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.
Berdasarkan analisis teknikal Wang Tao yang dikutip dari Reuters, harga CPO menembus level resistance pada MYR 3.963 per ton, dan berpotensi naik ke kisaran MYR 4.017-4.050 per ton.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(mkh/mkh)