Prajurit Habis, Ukraina Kirim Tentara Umur 71 Tahun ke NATO

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
29 August 2023 21:10
Tentara sukarelawan mengikuti pelatihan di luar Kyiv, Ukraina, Sabtu, 17 September 2022. Beberapa sukarelawan mendaftar untuk bergabung dengan unit Chechnya yang berperang bersama militer Ukraina. (File Foto - AP Photo/Andrew Kravchenko)
Foto: Tentara sukarelawan mengikuti pelatihan di luar Kyiv, Ukraina, Sabtu, 17 September 2022. Beberapa sukarelawan mendaftar untuk bergabung dengan unit Chechnya yang berperang bersama militer Ukraina. (AP/Andrew Kravchenko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ukraina telah mengirim pasukan ke Jerman untuk mempelajari penggunaan senjata Barat. Namun, ada yang unik dalam pengiriman pasukan tersebut, di mana para prajurit memiliki usia dan kemampuan yang sangat bervariasi.

Financial Times (FT) pada Senin (28/8/2023) melaporkan bahwa ada salah satu rekrutan Ukraina berusia 71 tahun yang dikirim ke sana. Pria lanjut usia tersebut telah mengajukan diri untuk bergabung dengan militer Ukraina.

Instruktur NATO yang bekerja di pangkalan militer dekat Klietz di timur laut Jerman pun mengakui bahwa memang usia dan kemampuan mereka yang datang untuk mempelajari penggunaan senjata sangat bervariasi.

Namun hal ini pun menjadi keluhan bagi para instruktur. Mereka menyebut para komandan Ukraina di garis depan seringkali lebih memilih untuk tetap menjaga prajurit terbaik mereka di parit bersama mereka daripada mengirim mereka untuk pelatihan ke luar negeri.

Nick Reynolds, seorang peneliti perang darat di lembaga pemikir pertahanan dan keamanan Inggris, Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan dalam banyak kesempatan pelatihan militer yang diberikan oleh Barat tidak memenuhi harapan Kyiv.

Reynolds menyebut Ukraina ingin pasukannya berlatih dengan tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan drone, dalam kondisi yang sesuai dengan kondisi di medan perang sebenarnya, namun juga dapat berisiko bagi personel militer yang terlibat.

"Namun, negara-negara Eropa memiliki toleransi yang rendah terhadap kecelakaan pelatihan, dan pendekatan ini tidak sesuai dengan persyaratan Kyiv untuk peserta pelatihan," jelasnya.

Salah satu pelatih Jerman melaporkan bahwa dia mengalami ketegangan dengan komandan senior Ukraina, yang menerima pendidikan militer di masa Soviet dan merasa mereka lebih tahu.

Namun, tantangan nomor satu bagi program Eropa untuk mengajar pasukan Ukraina menggunakan peralatan Barat adalah kurangnya penerjemah, kata Martin Bonn, Brigadir Jenderal Belanda yang merupakan Wakil Kepala Misi Pelatihan Multinasional Uni Eropa.

"Tantangan besarnya adalah menerjemahkan kata-kata yang digunakan dalam konteks militer atau teknis... kata-kata yang tidak digunakan siapa pun dalam kehidupan sehari-hari," kata Bonn.

Masalah bahasa juga dilaporkan menghambat pelatihan pilot Ukraina untuk menerbangkan jet tempur F-16 rancangan AS, sebuah program yang saat ini sedang berlangsung di Denmark.

Juru bicara Pentagon Sabrina Singh memperingatkan pekan lalu bahwa Washington tidak akan menyetujui pengiriman F-16 ke Kyiv oleh negara-negara Eropa sampai para penerbang Ukraina belajar berbicara bahasa Inggris dengan benar.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ribuan Pasukan Jerman Tiba-tiba Mendekati Rusia, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular
Advertisement