Internasional

AS Wajib Siaga, China Menang Banyak di KTT BRICS

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 29/08/2023 15:30 WIB
Foto: KTT BRICS 2023 di Afrika Selatan. (AFP/HANDOUT)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konferensi tingkat tinggi (KTT) aliansi dagang BRICS disebut-sebut merupakan kemenangan besar untuk China. Hal ini terlihat dari perluasan hubungan Beijing dengan negara berkembang lainnya di dunia.

KTT tersebut merupakan yang terbesar yang pernah diselenggarakan BRICS, dengan lebih dari 60 negara hadir bersama negara-negara anggota Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.

KTT itu juga mendapat dukungan dari Argentina, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Seluruh negara itu kemudian disetujui untuk bergabung dengan BRICS.


Perkembangan ini merupakan kemenangan besar bagi Xi, yang telah lama berupaya memperluas blok tersebut dan pengaruhnya meskipun terdapat keberatan dari anggota lain seperti India dan Brasil.

Perluasan ini, yang merupakan perluasan pertama sejak Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010, tak hanya akan melipatgandakan keanggotaan kelompok ini namun juga secara signifikan memperluas jangkauan globalnya, khususnya di Timur Tengah.

"Hal ini jelas membuat China menjadi pemenang," kata Steve Tsang, direktur SOAS China Institute di Universitas London, kepada CNN International, Selasa (29/8/2023).

"Mendapatkan enam anggota baru merupakan langkah signifikan dalam arah perjalanan pilihan mereka."

Bagi Beijing, dan juga Moskow, ekspansi ini merupakan bagian dari upayanya untuk membentuk kelompok ekonomi yang longgar menjadi penyeimbang geopolitik terhadap negara-negara Barat dan lembaga mereka seperti G7.

Misi tersebut menjadi semakin mendesak selama setahun terakhir mengingat meningkatnya persaingan China dengan Amerika Serikat (AS) serta dampak perang Ukraina, yang membuat Beijing semakin terasing dari Barat karena sikapnya yang tidak menentang serangan Moskow.

Seperti yang ditunjukkan dalam antusiasme negara-negara berkembang pada BRICS, tawaran Xi mengenai tatanan dunia alternatif mendapat sambutan baik di negara berkembang, di mana negara-negara tersebut merasa terpinggirkan dalam sistem internasional yang didominasi oleh AS dan negara-negara kaya.

Xi, yang melontarkan kritik terhadap "hegemoni" AS dalam pidatonya di KTT, memuji ekspansi tersebut sebagai "bersejarah" dan "titik awal baru untuk kerja sama BRICS."

Happymon Jacob, seorang profesor studi internasional di Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi, mengatakan perluasan tersebut menyoroti pergeseran garis patahan geopolitik global.

"Menjadi pemimpin forum non-Barat dan negara-negara Selatan, yang secara umum tidak puas dengan lembaga-lembaga yang dipimpin AS, akan selalu membantu China menjadi penyeimbang terhadap AS dan tatanan dunia yang dipimpin oleh AS," katanya.

Hambatan

Namun keanggotaan yang lebih luas kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai kohesi dan koherensi BRICS. Pasalnya, anggota BRICS sudah sangat berbeda dalam sistem politik, kekuatan ekonomi dan tujuan diplomatik.

"Saya skeptis mengenai efektivitas organisasi ini setelah ekspansi, dan apakah pada akhirnya ekspansi tersebut lebih bersifat simbolis daripada substantif," kata Yun Sun, direktur program Tiongkok di Stimson Center di Washington.

"Semakin banyak anggota, semakin banyak kepentingan yang perlu didamaikan dan diakomodasi oleh organisasi."

Hal ini terutama berlaku bagi organisasi berbasis konsensus seperti BRICS, yang keputusannya hanya diambil jika semua anggotanya sepakat.

Para anggota baru adalah kelompok yang agak berbeda. Dua negara tersebut mengalami kesulitan ekonomi.

Argentina, negara yang mengalami banyak kegagalan dan telah lama berjuang melawan inflasi dan krisis mata uang, adalah peminjam terbesar dari IMF. Mesir, yang juga sedang menghadapi krisis ekonomi, merupakan debitur terbesar kedua bagi IMF.

Ethiopia, negara terpadat kedua di Afrika dan pernah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di benua itu, sedang terguncang akibat kehancuran akibat perang saudara selama dua tahun di wilayah Tigray, yang berakhir pada bulan Desember.

Blok yang diperluas ini juga akan mencakup tiga eksportir minyak terbesar di dunia yaitu Arab Saudi, UEA, dan Iran. Ian dan Arab Saudi adalah rival, meskipun awal tahun ini mereka memulihkan hubungan diplomatik melalui kesepakatan yang ditengahi oleh Beijing.

Hal ini sangat kontras dengan blok yang lebih bersatu seperti G7 yang terdiri dari negara-negara demokrasi dengan pikiran yang sama dan memiliki industri yang cukup besar.

Helena Legarda, analis utama di Mercator Institute for China Studies, mengatakan masih belum jelas sejauh mana ekspansi BRICS akan meningkatkan nilai dan pengaruh kelompok tersebut.

"Tanpa ideologi bersama dan tujuan menyeluruh yang jelas, penambahan enam anggota baru kemungkinan besar akan membuat BRICS menjadi kelompok yang lebih terpecah."


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Xi Jinping Dan Putin Desak Israel dan Iran Akhiri Konflik