
Nikel Sekarat, RI Berburu Cadangan Baru..

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong agar kegiatan eksplorasi untuk menambah cadangan nikel di RI terus digenjot. Hal itu menyusul sisa umur cadangan nikel yang diprediksi tinggal belasan tahun lagi.
Plt. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Muhammad Wafid menyebut pemerintah saat ini berencana untuk menerapkan moratorium pembangunan smelter nikel baru di Indonesia. Secara bersamaan, pemerintah juga meminta agar kegiatan eksplorasi nikel dilakukan secara masif.
"Mau gak mau kita harus meningkatkan resources dan cadangan, kita harus eksplorasi dan menambah cadangan. Kita evaluasi terus investasi yang stand alone ini agar ketersediaan pasokan cukup," ujar Wafid saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (28/8/2023).
Di sisi lain, Wafid mengatakan untuk mengantisipasi membludaknya jumlah smelter di dalam negeri dan melihat sisa umur cadangan nikel, maka diperlukan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian dalam proses penerbitan Izin Usaha Industri (IUI) smelter.
"Dengan ketersediaan cadangan mestinya seperti itu, jadi tidak langsung diizinkan mendirikan, dilihat dulu kira-kira perizinan Kemenperin atau BKPM, izin itu diberikan kalau melihat kondisi cadangan seperti apa, kita punya berapa. Jangan-jangan diberikan tapi lifetime gak lama, jadi rugi nah seperti itu," tambah Wafid.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan moratorium smelter nikel baru nantinya hanya akan menyasar pada smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
"Itu sekarang jumlahnya sudah sangat banyak, dari data kami jumlah udah hampir 97 proyek ya. Jadi ya tentu kita harus pertimbangkan segitu banyak apakah ada cadangan atau enggak ya," kata dia dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (23/8/2023).
Meski begitu, Agus memastikan pemerintah akan tetap membuka pembangunan smelter baru untuk jenis lainnya. Misalnya smelter nikel dengan teknologi hidrometalurgi atau yang dikenal dengan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
"Tidak diartikan bahwa seluruh smelter ditutup yang dihimbau oleh Pak Menteri adalah yang pirometalurgi tapi tidak hidrometalurgi. Hidrometalurgi kita tetap masih terbuka untuk itu," katanya.
Ia pun memperkirakan daya tahan cadangan nikel Indonesia hanya berada pada kisaran 10-15 tahun saja. Oleh sebab itu, kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan cadangan baru penting untuk segera dilakukan.
"Tadi sudah disampaikan bahwa cadangan diperkirakan antara 10 sampai 15 tahun hitungan dari Minerba mungkin 13 tahun lah pertengahan. Kira-kira seperti itu, itu yang harus kita lihat," tambah Agus.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cegah Nikel RI Gak Cepat Ludes, Ini Jurus Anak Buah Luhut
