
Capres Singapura Ini Siap Buka Pintu Buat Imigran

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang pemilihan presiden di Singapura pada September 2023, beberapa calon presiden terlibat perdebatan tentang keberadaan imigran atau pendatang di Singapura.
Di antaranya adalah capres Ng Kok Song yang mengatakan bahwa Singapura menyambut seluruh masyarakat dari berbagai kebangsaan untuk datang dan tinggal di Singapura. Bahkan bisa sampai memperoleh kewarganegaraan.
Menurut Ng, masyarakat dari bangsa lain yang telah memperoleh kewarganegaraan pun dapat pula berkontribusi di Singapura dengan menjadi politikus atau masyarakat biasa, sebagaimana dilansir Channel News Asia.
"Saya pikir jika Anda melihat sejarah para pemimpin kita di Singapura, kita harus menyambut orang-orang dari negara lain yang ingin datang dan tinggal di Singapura untuk mengambil kewarganegaraan dan berkontribusi pada kesejahteraan Singapura, baik di kantor politik, di kantor kepresidenan, atau sebagai warga negara," kata Ng dikutip Minggu (27/8/2023).
Pernyataan Ng ini merupakan respons dari ucapan capres Tan Kin Lian pada Jumat lalu yang menyinggung soal imigran dan merujuk pada istri kandidat capres lainnya. Menurut Tan, masyarakat Singapura akan memilih capres dan istrinya yang merupakan kelahiran Singapura.
Pasangan Ng, yakni Sybil Lau memang merupakan warga negara Singapura yang lahir di Kanada. Tunangan Ng ini adalah mantan imigran yang tinggal di Malaysia dan China, dan baru pindah ke Singapura 18 tahun yang lalu.
Sementara itu, istri capres Tharman Shanmugaratnam, Jane Yumiko Ittogi merupakan kelahiran Jepang dari seorang ibu yang berkebangsaan Tionghoa Singapura dan ayah asal Jepang yang bertemu di Singapura.
Di tengah kondisi itu, Tan menyinggung masalah istri capres ini dalam sebuah pernyataan. Ia mengklaim bahwa masyarakat Singapura saat ini menginginkan capres yang betul-betul kelahiran Singapura, demikian juga dengan pasangannya. Bahkan ia mengklaim sebagai darah biru Singapura.
"Saya ingin memperkenalkannya agar masyarakat Singapura juga punya pilihan 'ibu negara'. Ada tiga 'ibu negara', jadi Anda bisa punya pilihan. Istri saya, seperti saya, kami lahir di Singapura. Kami adalah warga Singapura berdarah biru," ujar Tan.
Kendati begitu, Tan menyatakan tetap menghormati masyarakat Singapura yang telah memperoleh kewarganegaraan namun berasal dari bangsa lain. Namun, lagi-lagi, ia menilai, masyarakat singapura ini memiliki kesempatan untuk mempunyai presiden dan ibu negara yang benar-benar kelahiran Singapura.
Darah biru atau blue-blooded sendiri dalam kamus Oxford didefinisikan sebagai kata yang merujuk pada seseorang yang merupakan bagian dari keluarga bangsawan atau keluarga yang dianggap penting dalam struktur sosial suatu masyarakat.
Tan kemudian mengklarifikasi pernyataannya tentang "warga Singapura berdarah biru" sebagai seseorang yang "berasal dari garis keturunan lama dan dihormati dalam masyarakat Singapura, yang sering kali menyiratkan hubungan yang kuat dengan sejarah, budaya, dan tradisi negara tersebut".
Dia juga menambahkan bahwa istilah tersebut mungkin juga digunakan "secara metaforis untuk menggambarkan individu yang menunjukkan patriotisme yang mendalam dan tak tergoyahkan untuk Singapura".
Menanggapi pernyataan Tan, Ng mengingatkan bahwa beberapa pemimpin politik Singapura juga tidak lahir di Singapura, seperti mantan Wakil Perdana Menteri Goh Keng Swee dan mantan Menteri Keuangan Hon Sui Sen, yang keduanya lahir di Malaysia.
"Singapura sangat beruntung. Kami punya warga Singapura, tapi ada juga orang-orang yang datang dari luar Singapura yang mengagumi Singapura, dan ingin menjadi warga negara Singapura. Itu bagus," tegas Ng kemarin di Chong Pang Market and Food Centre.
Meski begitu, Ng menegaskan bahwa Singapura memiliki kriteria yang ketat untuk memberikan kewarganegaraan terhadap seorang imigran, "karena kita sudah berkeringat, kita telah bekerja keras untuk membangun Singapura seperti sekarang ini," ucap bekas kepala investasi Government of Singapore Investment Corporation (GIC) itu.
Menurutnya kriteria ketat ini penting karena masyarakat Singapura sudah susah payang membangun negara, "sehingga kita tidak boleh membagikan dengan mudah (kewarganegaraan) kepada orang-orang yang ingin menjadi warga negara Singapura," tuturnya.
Ia juga menekankan, begitu seseorang menjadi warga negara baru, masyarakat tidak boleh membeda-bedakan dengan mereka yang lahir di Singapura. Kini, bagi Ng, yang menjadi tugas pemerintah adalah memikirkan cara memperketat kriteria kewarganegaraan.
Dalam pernyataan yang lebih berapi-api dibandingkan sebelumnya, Ng juga mengatakan bahwa "tidak bijaksana" untuk mengatakan bahwa ibu negara harus lahir dan besar di Singapura.
"Kalau dirunut lebih jauh, bisa dibilang, istri Perdana Menteri, istri menteri, mereka semua harusnya lahir dan besar di Singapura. Tapi kan tidak masuk akal," tuturnya.
Tatkala pernyataan yang menyinggung istri-istri capres, sebagaimana yang disampaikan Tan, Ng mengakui bahwa saat ini dirinya tengah mengalami kekuatan sumber daya untuk mengamankan posisinya sebagai capres hingga proses pemilihan.
Ia juga telah berulang kali menyatakan bahwa tim kampanyenya tidak akan memasang spanduk dan poster fisik karena ia kekurangan sumber daya untuk melakukannya dan ingin ramah lingkungan. Dia mendanai kampanyenya menggunakan tabungan pribadi dan tidak menerima sumbangan apa pun.
"Saya merupakan kandidat ketiga, tidak punya partai (seperti Tan dan Tharman). Inilah kenapa saya merasa bahwa saya adalah orang yang terbaik untuk menjadi Presiden Singapura," ucap Ng. Presiden di Singapura tidak boleh menjadi orang partai, sehingga orang partai harus mengundurkan diri dari partainya untuk menjadi non-partisan saat pencalonan.
"Dengan kata lain, masyarakat Singapura seharusnya menginginkan seorang Presiden yang tidak mewakili agenda politik partai politik manapun," tuturnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemilu RI Minggir Dulu! Singapura Mau Pilpres, Ini Capresnya