Pak Jokowi, Impor Aluminium RI Menggila Tembus 750 Ribu Ton!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Jumat, 18/08/2023 18:35 WIB
Foto: Ilustrasi aluminium (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan permintaan impor aluminium di Indonesia semakin melonjak yakni mencapai 750 juta ton. Hal itu dikatakan oleh Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif.


Dia menyebutkan bahwa kebutuhan konsumsi akan aluminium di Indonesia mencapai 1 juta ton. Sedangkan pabrik dalam negeri baru sanggup untuk memproduksi sebesar 250 ribu ton. Sehingga kebutuhan akan aluminium masih kurang sebesar 750 ribu ton.

"Sekarang baru ada 3 atau 4 perusahaan itu adalah dari alumina ke aluminium. Sekarang ini kan produksinya 250 ribu ton, nanti kalau yang baru ada jadi 500 ribu (ton), jadi 750 ribu (ton), sedangkan kebutuhan alumunium kita sudah 1 juta ton," jelasnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/8/2023).

Seperti diketahui, Indonesia serius melarang ekspor mineral mentah terkhusus bijih bauksit mulai Juni 2023. Hal ini seiring dengan kebijakan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba).

Tujuan dari pelarangan ekspor itu sendiri adalah agar Indonesia bisa memaksimalkan produksi bijih bauksit dalam negeri untuk diserap di Indonesia. Bijih bauksit diolah menjadi alumina yang kemudian sampai di produk akhir yaitu aluminium.

Nah ternyata sejauh ini, sebagai pemilik bijih bauksit yang bisa dijadikan aluminium, ternyata aluminium yang ada di Indonesia merupakan produk impor.

Sub Koordinator Penyiapan Program Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Dedi Supriyanto mengatakan bahwa Indonesia masih mengimpor produk bauksit berbentuk aluminium sebanyak 750 ribu ton dari total yang dibutuhkan di dalam negeri sebanyak 1 juta ton aluminium.

Dia mengatakan, Indonesia baru mampu memproduksi aluminium sebanyak 250 ribu ton, sehingga sisa kebutuhan akan aluminium itu didapatkan melalui impor.

"Konsumsi aluminium ingot di Indonesia ini sekitar 1 juta ton aluminium, kita memproduksi baru 250 (ribu ton) jadi kita impor 750 ribu (ton)," beber Dedi dalam acara Workshop Mining For Journalist, Bogor, dikutip Selasa (28/2/2023).

Adapun, Dedi mengatakan bahwa Indonesia memproduksi bijih bauksit sebanyak 27,7 juta ton sepanjang tahun 2022. Sedangkan yang baru terserap untuk pengolahan dalam negeri sebanyak 7,8 juta ton, yang mana sisanya sebanyak 20 juta ton diekspor.

Dari serapan sebanyak 7,8 juta ton di dalam negeri tersebut, Dedi mengungkapkan bahwa setengah dari serapan tersebut diolah menjadi alumina. Namun, dia menyebutkan bahwa di Indonesia baru ada satu pabrik pengolahan dari bauksit menjadi alumina dengan total kapasitas input sebesar 500 ribu ton. Sehingga, Dedi menegaskan setidaknya harus ada 8 pabrik alumina untuk bisa menyerap sebanyak 3,9 juta ton bauksit.

"PT Inalum yang sekarang baru satu-satunya di Indonesia memproduksi 250 ribu ton aluminium ingot yang inputnya 500 ribu ton alumina. Jadi yang 7,8 juta ton yang diserap domestik akan menjadi alumina sekitar separuhnya, 7,8 juta ton separuhnya kira-kira 3,9 juta ton menjadi alumina. Nah dari 3,9 (juta ton) yang diserap cuma 500 ribu ton tapi yang alumina ini masih boleh ekspor".

"Nah pemerintah sedang memikirkan sampai dengan jadi aluminium itu artinya harus melipatgandakan industri seperti Inalum. Kalau mau terserap semua 3,9 (juta ton) ini berarti ada 8 kali Inalum," jelasnya.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Aluminium Naik, Inalum Waspadai Dampak Ekonomi Global