Peringatan BMKG, Bumi Kian Panas Mendidih, Udah Terjadi di RI

Damiana, CNBC Indonesia
18 August 2023 15:25
Petani memanen padi lebih awal di Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat, (4/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Petani memanen padi lebih awal di Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat, (4/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan, suhu udara permukaan dapat meloncat di akhir tahun 2100 atau abad 21 nanti.

BMKG menyebutkan, kenaikan temperatur udara permukaan dari tahun 1900 sampai tahun 1950 masih sangat landai. Namun, terjadi lonjakan sejak tahun 1980. Hal itu berdasarkan komposit data seluruh dunia yang dikumpulkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), dibandingkan dengan data sebelum Revolusi Industri (1850-1900) dengan data sampai dengan tahun 1980.

Menurut BMKG, sampai tahun 2022, kenaikan suhu global mencapai 1,2 derajat Celcius. Terjadi tren kenaikan suhu yang terus meningkat. Di mana, tahun 2015-2022, merupakan tahun terpanas kelima sepanjang sejarah sejak pasca-Revolusi Industri.

"Di tahun 2100 atau di akhir abad 21, BMKG memprediksi dengan menganalisis secara matematis, suhu udara permukaan dapat meloncat. Saat ini kenaikannya menjadi 3,5 derajat Celsius dibandingkan masa sebelum Revolusi Industri," tulis BMKG di situs resmi, dikutip Jumat (18/8/2023).

"Ini terjadi di seluruh pulau-pulau besar di Indonesia," sebut BMKG.

Untuk itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, diperlukan langkah mitigasi untuk menekan laju kenaikan suhu.

"Kita perlu melakukan mitigasi, yaitu upaya menekan laju kenaikan temperatur. Cara menekan laju temperatur bermacam-macam, dan di sini lah peran fakultas teknik sangat ditunggu untuk berhasil menekan laju kenaikan temperatur" kata Dwikorita.

Disebutkan, di seluruh dunia ada 33 stasiun pengawas atmosfer global. Salah satunya, ada di BMKG (Indonesia), yang lokasinya di tengah hutan di Bukit Kototabang, Sumatra Barat.

BMKG memonitor gas rumah kaca di lokasi yang belum tercemar tersebut. Data BMKG menunjukkan adanya lonjakan konsentrasi gas rumah kaca mulai 1996-2023, yang kenaikannya sudah hampir mencapai 40 ppm.

"Itulah kondisi kita saat ini, seluruh umat di dunia mestinya mengetahui perubahan iklim global, dan harus memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan laju gas rumah kaca" kata Dwikorita.

Di sisi lain, Dwikorita menyebutkan, bagi dunia saat ini, termasuk Indonesia, yang menakutkan bukan lah pandemi atau peperangan. Namun, perubahan iklim dan dampaknya.

"Seluruh dunia tidak bisa mengelak dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim" ujarnya.

Suasana kondisi Bendung Katulampa yang surut, Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/7/2023). Bendung Katulampa terus menyusut.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Suasana kondisi Bendung Katulampa yang surut, Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/7/2023). Bendung Katulampa terus menyusut. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Suasana kondisi Bendung Katulampa yang surut, Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/7/2023). Bendung Katulampa terus menyusut. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

"Perubahan iklim global mengakibatkan terjadinya bencana alam, baik bencana alam basah maupun bencana alam kering yang terjadi hampir merata di seluruh negara. Kejadian bencana alam basah dan bencana alam kering bisa terjadi bersamaan," jelas Dwikorita.

Dampak perubahan iklim, lanjutnya, tidak lah tebang pilih. Tak peduli negara maju, negara berkembang, ataupun negara adidaya.

"Tren kejadiannya semakin meningkat dan frekuensi kejadiannya semakin sering. Studi menunjukkan inilah ciri-ciri dampak dari perubahan iklim," pungkas Dwikorita.

Mengutip catatan BMKG, suhu udara rata-rata bulan Juli 2023 adalah sebesar 26,7 derajat Celcius. Demikian berdasarkan analisis dari 118 stasiun pengamatan BMKG.

Disebutkan, normal suhu udara klimatologis untuk bulan Juli 2023 periode 1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 26,2 derajat Celcius, (dalam kisaran normal 20,08 - 28,63 derajat Celcius).

Berdasarkan nilai-nilai tersebut, anomali suhu udara rata-rata pada bulan Juli 2023 menunjukkan anomali positif dengan nilai sebesar 0,5 derajat Celcius. Anomali suhu udara Indonesia pada bulan Juli 2023 ini merupakan nilai anomali tertinggi ke-4 sepanjang periode pengamatan sejak 1981.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BMKG Ungkap Ramalan Cuaca di RI Tahun 2024, El Nino Beneran Berakhir?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular