Asal Usul Paskibraka, Tugas Soeharto untuk Ajudan Soekarno
Jakarta, CNBC Indonesia - Derap langkah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) menjadi pusat perhatian tiap kali perayaan upacara kemerdekaan 17 Agustus di Istana Negara, Jakarta. Kepiawaian baris-berbaris secara rapih tanpa sedikit kesalahan membuat seluruh pasang mata bakal takjub melihat aksi mereka saat mengantarkan bendera Merah Putih di pucuk tiang bendera. Terlebih tak mudah bagi setiap orang melakukan itu. Ada seleksi ketat dan latihan berbulan-bulan bagi mereka yang terpilih. Kini, ada 76 pasukan yang dipilih dari perwakilan setiap provinsi.
Urgensi pendirian Paskibraka sebenarnya tidak terlepas dari ide Presiden Soekarno. Ketika itu, Soekarno ingin perayaan peringatan kemerdekaan pertama, 17 Agustus 1946, dilakukan perancangan baik, termasuk di dalamnya mengatur siapa yang mengibarkan bendera. Soekarno ingin petugas pengibar bendera adalah anak-anak dari perwakilan daerah, terdiri dari 3 pemuda dan 2 pemudi.
Dia segera memerintahkan ajudannya Husein Mutahar mengurusi seleksi petugas pengibar bendera. Namun, akibat situasi penuh gejolak usai kedatangan Belanda, keinginan itu pupus dan selalu gagal direalisasikan. Mau tidak mau pasukan pengibar bendera selalu diambil dari para tentara dan pemuda-pemuda sekitar Jakarta. Hingga Presiden Soekarno lengser pun dia tidak bisa melihat ada pemuda-pemudi daerah yang menjadi petugas pengibar bendera.
Sebagaimana dituliskan Museum Kepresiden RI, barulah di era Presiden Soeharto ide ini muncul kembali. Soeharto ingin perayaan upacara perdananya di tahun 1968 sebagai Presiden RI ditandai dengan hadirnya pemuda-pemudi perwakilan daerah untuk mengibarkan bendera.
Alhasil, dia memanggil kembali Husein Mutahar yang saat itu sudah menjadi pejabat di Kementerian Pendidikan, untuk mengatur perencanaan perayaan kemerdekaan, termasuk mengurusi pengibaran bendera. Namun, kali ini dia tidak sendirian dan mengajak temannya bernama Idik Sulaeman. Dari sinilah keduanya mencetuskan ide membuat Pasukan pengerek bendera pusaka yang terdiri dari 3 kelompok. Antara lain, kelompok 17, kelompok 8, dan kelompok 45, sesuai tanggal kemerdekaan Indonesia. Termasuk juga mengatur seleksi ketat untuk menyaring petugas pengibar bendera di Istana Negara.
Semua rancangan Mutahar dan Idik ini diterapkan sepenuhnya pada kemerdekaan 17 Agustus 1968. Hasilnya pun sangat bagus dan menuai pujian. Berkat inilah Presiden Soeharto menetapkan acara pengibaran bendera oleh pemuda-pemudi daerah menjadi sesuatu yang wajib. Hanya saja, setiap tahunnya selalu ada perbaikan kecil di formasi tersebut. Dari mulai pelibatan tentara berusia muda, baju seragam, penggunaan atribut, hingga yang terpenting perubahan nama pasukan. Diketahui sejak 1973, pasukan pengerek bendera pusaka diubah oleh Idik namanya menjadi pasukan pengibar bendera pusaka yang disingkat Paskibraka.
Sejak itulah keberadaan pasukan pengerek bendera pusaka menjadi sesuatu yang tidak dapat dilepaskan setiap perayaan upacara peringatan kemerdekaan Indonesia, baik itu di tingkat daerah ataupun level nasional. Sedangkan, Mutahar dan Idik kini dikenal sebagai konseptor Paskibraka di literasi sejarah Indonesia.