Lengkap! Asumsi Makro & Postur APBN Jokowi, Rp 3.304 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajukan target pertumbuhan yang relatif konservatif untuk tahun depan. Defisit anggaran juga diajukan sangat kecil yakni hanya 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Presiden Jokowi resmi mengajukan target asumsi makro, belanja, dan pendapatan negara melalui Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2024 di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari ini, Rabu (16/8/2023).
Asumsi makro untuk pertumbuhan ekonomi 2024 diajukan sebesar 5,2%. Target ini lebih rendah dibandingkan pada tahun ini yakni 5,3%. Target pertumbuhan 2024 juga lebih kecil dibandingkan realisasi pada 2022 yang tercatat 5,31%.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17% (year on year/yoy) dan 3,86% (quartal to quartal/qtq). Pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022 atau tiga kuartal terakhir.
"Stabilitas ekonomi makro akan terus dijaga. Situasi kondusif dan damai pada Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 harus kita wujudkan demi meningkatkan optimisme perekonomian jangka pendek," tutur Jokowi saat menyampaikan Pidato Pengantar Nota Keuangan 2024, Rabu (16/8/2023).
Target inflasi diajukan sebesar 2,8% untuk tahun depan. Target ini terbilang rendah mengingat inflasi melonjak 5,51% pada tahun lalu.
Inflasi Indonesia sudah melandai ke 3,08% pada Juli tahun ini sejalan dengan berkurangnya dampak kenaikan harga BBM tahun lalu.
Asumsi makro untuk nilai tukar rupiah diajukan Rp15.000.US$1. Sementara, rata-rata suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun diajukan sebesar 6,7%. Asumsi untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP) diajukan sebesar US$ 80 per barel.
Di sisi lain, lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 625 ribu barel per hari dan 1,03 juta barel setara minyak per hari.
Asumsi Makro
Sementara itu, Jokowi mengajukan belanja negara sebesar Rp3.304,1 triliun. Belanja akan dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat sebesar Rp2.446,5triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp857,6 triliun
Pendapatan negara ditargetkan sebesar Rp2.781,3 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp2.307,9 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp473,0 triliun, serta Hibah sebesar Rp0,4 triliun.
Dengan demikian, defisit anggaran mencapai sebesar 2,29% PDB atau sebesar Rp522,8 triliun.
(mae/mae)