
Cadangan Sekarat, DPR Minta Pabrik Nikel Ini Dibatasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Ketua Komisi VII DPR Bambang Hariadi mendesak pemerintah untuk membatasi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel baru. Khususnya untuk jenis nikel fase 1 menjadi Nikel Pig Iron (NPI) dan Feronikel (FeNi)
Bambang menyatakan, pihaknya menginginkan ada hilirisasi lanjutan selain dari hilirisasi smelter fase 1.
"Pembangunan smelter baru kan sekarang cukup banyak, saya pikir perlu dibatasin dulu lah. Sampai ini benar-benar maksimal berproduksi. Karena saat ini smelter-smelter itu baru pengelolaan awal, jadi ke depan kita ingin nilai tambahnya lebih tinggi lagi," ungkap Bambang saat ditemui di sela agenda Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI - DPD RI Tahun 2023, Rabu (16/8/2023).
Sebelumnya, Plh Direktur Eksekutif Direktur Eksekutif IMA, Djoko Widajatno mendorong pemerintah untuk bisa mengambil kebijakan agar pembangunan smelter nikel kelas satu yang memproduksi NPI dan FeNi segera dibatasi.
Hal itu mengingat cadangan nikel di Indonesia yang semakin menipis, dan diprediksi bisa habis dalam kurun waktu 7 tahun lagi.
Djoko mengatakan bahwa menipisnya cadangan nikel dalam negeri dikarenakan meningkatnya kebutuhan pasokan smelter tingkat satu jika rencana pembangunan smelter nikel beroperasi keseluruhan.
Akan tetapi kondisinya sekarang dengan adanya integrated smelter dan stand alone smelter jumlah integrated itu 22 sampai dengan rencana 28 dan yang integrated itu kalau semuanya jadi 104 berarti ada 132 smelter. Nah kalau kita lihat 132 dibanding 22 smelter yang direncanakan tentu kebutuhan bijihnya itu akan melambung 4 kali jadi 497 atau 400 juta wet ton nikel ini yang menyebabkan umurnya jadi 7 tahun," jelas Djoko kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Selasa (15/8/2023).
Selain itu, dia mengatakan bahwa pembangunan hingga total 136 smelter itu diperkirakan akan selesai pada tahun 2025 mendatang. Saat ini, Djoko mengatakan bahwa kebutuhan akan nikel masih pada kisaran 200 juta ton per tahun.
"Tapi ini kan hitungan akhir yang diperkirakan selesainya nanti yang 136 (smelter) itu di tahun 2025. Sementara ini masih di kisaran 200 juta ton, jadi saya yakin masih bisa 7 tahun dengan fungsi yang sekarang," tambahnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Moratorium Pabrik Nikel di Depan Mata, Ini Pertimbangannya
