Internasional

'Hantu' Resesi Seks Gentayangan di China, Kesuburan Anjlok

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
16 August 2023 07:00
Orang-orang melewati bendera nasional China di sepanjang gang menjelang Kongres Partai Komunis ke-20, di Beijing, China, Selasa (11/10/2022). Partai Komunis China (PKC) bakal menyelenggarakan kongres lima tahunan mereka yang ke-20 pada 16 Oktober mendatang. (Photo by JADE GAO/AFP via Getty Images)
Foto: Orang-orang melewati bendera nasional China di sepanjang gang menjelang Kongres Partai Komunis ke-20, di Beijing, China, Selasa (11/10/2022). Partai Komunis China (PKC) bakal menyelenggarakan kongres lima tahunan mereka yang ke-20 pada 16 Oktober mendatang. (Photo by JADE GAO/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rendahnya angka kelahiran di China yang menjadi salah satu dampak utama resesi seks kian mengkhawatirkan. Hal ini terlihat dari tingkat kesuburan di Negeri Tirai Bambu yang ambles hingga rekor terendah.

Kantor berita National Business Daily melaporkan tingkat kesuburan China diperkirakan turun ke rekor terendah 1,09 pada 2022. Angka yang didapatkan dari Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan itu pun membawa China sebagai negara dengan tingkat kesuburan terendah di antara negara dengan populasi lebih dari 100 juta.

Tingkat kesuburan China sudah menjadi salah satu yang terendah di dunia bersama Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura.

Prihatin dengan penurunan populasi, Beijing segera mencoba berbagai langkah untuk menaikkan angka kelahiran, termasuk insentif keuangan dan fasilitas perawatan anak yang lebih baik. Langkah ini pun mendapatkan sokongan dari Presiden Xi Jinping.

"(Kami) akan fokus pada pendidikan, sains dan teknologi untuk meningkatkan kualitas populasi dan berusaha untuk mempertahankan tingkat kesuburan sedang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan," ujar pemerintah China beberapa waktu lalu dikutip Reuters, Rabu (16/8/2023).

Biaya pengasuhan anak yang tinggi dan harus menghentikan karier mereka telah membuat banyak wanita menunda memiliki lebih banyak anak atau sama sekali. Selain itu, diskriminasi gender dan stereotip tradisional tentang perempuan yang merawat anak-anak mereka masih tersebar luas di seluruh China.

Pihak berwenang dalam beberapa bulan terakhir meningkatkan retorika tentang bagaimana berbagi tugas mengasuh anak. Namun, cuti merawat anak atau cuti paternitas masih terbatas di sebagian besar provinsi.

Asosiasi Keluarga Berencana Hong Kong mengatakan dalam rilis terpisah pada hari Selasa bahwa jumlah wanita tanpa anak di wilayah administrasi khusus itu meningkat lebih dari dua kali lipat dari lima tahun lalu menjadi 43,2% pada tahun 2022.

"Persentase pasangan dengan satu atau dua anak juga turun, sementara jumlah rata-rata anak per wanita turun dari 1,3 pada 2017 ke rekor terendah 0,9 pada 2022," tambah data itu.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article "Resesi Seks" Makin Ngeri di China, Ini Biang Keroknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular