Benarkah Hilirisasi RI Untungkan China? Ini Fakta Terbaru..

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Senin, 14/08/2023 12:25 WIB
Foto: dok MIND ID

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) membantah pernyataan Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri yang mengatakan bahwa 90% hilirisasi di Indonesia hanya menguntungkan China.

Memang, sebelumnya Faisal mengatakan keuntungan program hilirisasi besi baja sebanyak 90% lari ke China, sedangkan Indonesia hanya mendapatkan 10% saja.

"Besi baja itu HS 72 Kalau nggak salah ya HS 72, yang banyak tuh 7201-7202 yang gitu-gitu bukan besi baja dalam bentuk yang lebih sophisticated dan sungguh kita tidak dapat banyak maksimal 10%, 90% lari ke China," bebernya dalam diskusi Indef, dikutip Senin (14/8/2023).


Pernyataan Faisal lantas menjadi buah bibir publik. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto angkat suara. Dia mengatakan bahwa pola pikir Faisal salah lantaran jika ekspor bijih nikel ini terus dilakukan maka nilai manfaat dari bijih nikel yang kita miliki 100% dinikmati oleh negara lain.

"Jadi negara asing 100% dan Indonesia 0%. Tidak ada pajak dan penambahan tenaga kerja yang tercipta di Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (14/8/2023).

Dia menjelaskan bahwa Indonesia menikmati nilai tambah dari hilirisasi nikel mencapai 53%. Hal itu melalui perhitungan bahwa dari 100% nilai produk smelter, kontribusi bijih nikel adalah 40%, 12% laba operasi yang bisa dinikmati investor, dan 48% adalah sumber daya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk mengolah bijih nikel tersebut.

"Dari 48% angka tersebut, 32% dinikmati oleh para pelaku ekonomi di dalam negeri dalam bentuk batubara (untuk listrik), tenaga kerja, dan bahan baku lain. Sehingga hanya 16% yang dinikmati oleh pihak supplier dari luar negeri," paparnya.

Berdasarkan hitungan tersebut, nilai tambah yang dinikmati oleh pihak LN (investor dan supplier) adalah 16% ditambah komponen laba operasi 12%, sehingga menjadi 28%.

"Sehingga, nilai tambah yang dinikmati oleh dalam negeri adalah 32% atau secara proporsi mencerminkan sekitar 53% (32% dibagi 32%+12%+16) dari seluruh nilai tambah hilirisasi nikel. Nilai tambah dalam negeri akan lebih besar jika pihak investor asing tersebut melakukan reinvestasi di dalam negeri, tidak lagi mendapatkan tax holiday atau bahkan ada keterlibatan investor lokal," tandasnya.

Dengan begitu, Seto klaim bahwa angka yang dipaparkan olehnya lebih akurat dibandngkan data yang dipaparkan oleh Faisal.

"Meskipun angka saya diatas adalah estimasi, tapi saya cukup yakin angka saya lebih akurat dibandingkan klaim Faisal Basri yang menyebutkan hanya 10% nilai tambah di dalam negeri yang dinikmasi dari hilirisasi nikel ini," tandasnya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gelombang Panas di Beijing, Pemerintah Keluarkan Peringatan