Israel Beri Pesan Menohok untuk Raja Salman, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Israel memberikan responnya atas permintaan Arab Saudi untuk menempatkan utusannya di Palestina. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen, Minggu (13/8/2023).
Sebelumnya, Duta Besar Saudi untuk Yordania, Nayef Al Sudairi, ditunjuk sebagai utusan non-residen untuk Palestina dan Konsul Jenderal di Yerusalem pada Sabtu di Kedutaan Palestina di Amman. Ia juga telah menyerahkan surat kepercayaannya kepada penasihat diplomatik Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Majdi Al Khalidi.
Menanggapi hal ini, Cohen mengatakan kepada stasiun radio Tel Aviv 103 FM bahwa Sudairi akan diizinkan untuk bertemu dengan Otoritas Palestina (PA). Namun, ia tidak akan diizinkan untuk berada di sana secara tetap.
"Apakah akan ada pejabat yang duduk secara fisik di Yerusalem? Ini tidak akan kami izinkan," kata Cohen dikutip Al Jazeera.
Langkah Saudi sejalan dengan tujuan Palestina yang telah berlangsung lama dan sejauh ini tidak membuahkan hasil untuk mendirikan negara di wilayah yang diduduki Israel dalam perang 1967. Secara rinci, Palestina menunjuk Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Di sisi lain, Arab Saudi telah memperjuangkan perjuangan Palestina dan menghindari hubungan resmi dengan Israel. Adapun Amerika Serikat (AS) berusaha untuk mempromosikan apa yang bisa menjadi kesepakatan normalisasi hubungan Israel-Saudi.
Pemerintah sayap kanan Israel tetapi telah mengecilkan kemungkinan memberikan landasan yang signifikan kepada Palestina sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi dengan Arab Saudi.
Seperti kebanyakan Liga Arab, Riyadh sebelumnya mengkondisikan pengakuan terhadap Israel atas tujuan kenegaraan Palestina yang sedang ditangani. Di antara tantangan untuk mencapai tujuan itu adalah perpecahan antara PA yang diakui secara internasional dengan saingannya, Hamas.
Duta Besar Palestina untuk Saudi, Bassam Al Agha, menyebut penunjukan Al Sudairi sebagai penegasan Saudi atas kenegaraan Palestina dan "penolakan atas apa yang telah diumumkan oleh mantan Presiden AS Trump" terkait posisi Washington yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
"Ini berarti kelanjutan dari posisi Arab Saudi," kata Al Agha kepada radio Voice of Palestine.
(luc/luc)