Sri Mulyani Bagikan 5 Bukti Ekonomi RI Masih Kuat
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakini kondisi perekonomian Indonesia masih kuat. Sri Mulyani mengatakan ada 5 indikator yang menunjukkan kondisi perekonomian itu masih kuat.
"Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik dan inflasi yang stabil mendukung optimisme dari masyarakat," kata Sri Mulyani dalam acara dalam Konferensi Pers APBN Kita Edisi Agustus 2023, dikutip Senin (14/8/2023).
Sri Mulyani mengatakan indikator pertama yang menunjukkan aktivitas ekonomi domestic masih kuat adalah tingginya optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Optimisme itu tercatat, dalam survei Indeks Keyakinan Konsumen yang mencatat tingkat keyakinan masyarakat berada di level 123,5.
Selain optimisme masyarakat, Sri Mulyani mengatakan kondisi perekonomian Indonesia juga terlihat dari Mandiri Spending Index atau indeks frekuensi belanja masyarakat yang berada pada level 163,2. Menurut perempuan yang akrab disapa Ani itu, MSI mengalami pertumbuhan sebesar 33,9% year on year. "Optimisme masyarakat yang ada di 123,5 ini mempengaruhi confidence masyarakat dengan melakukan kegiatan konsumsi," ujar dia.
Bukti ketiga yang disodorkan oleh Sri Mulyani adalah indeks penjualan riil yang tumbuh tinggi pada Juli 2023. Srimul mengatakan penjualan riil di Indonesia menunjukkan ekspansi yang tinggi di angka 6,3%. "Penjualan riil indeksnya menunjukan ekspansi yang tinggi," ujar dia.
Sri Mulyani menyebut bukti keempat adalah Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang terus ekspansif. Di tengah kondisi ekonomi global yang melemah, Sri Mulyani mengatakan PMI manufaktur Indonesia justru menguat di angka 53,3.
Terakhir, Sri Mulyani juga menyodorkan data penjualan sepeda motor di Indonesia yang masih kuat. Dia bilang penjualan motor tumbuh sangat kuat mencapai 45,6%. Meski demikian, angka penjualan mobil memang mengalami kontraksi sebesar 6,8%.
"Penjualan dari sisi motor masih sangat kuat, sementara dari mobil atau kendaraan roda empat mengalami kontraksi," kata mantan pejabat Bank Dunia.
(haa/haa)