
Alarm Bahaya China Sudah Menyala, RI Harus Waspada Hal Ini!
Jakarta, CNBC Indonesia- China mencatatkan deflasi 0,3% secara tahunan di akhir Juli 2023 dan merupakan level terendah yang pernah dicapai Negeri Tirai Bambu sejak tahun 2021.
Deflasi di negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia ini tentu saja mendorong kekhawatiran global termasuk Indonesia. Sebagai negara mitra dagang utama Indonesia, tekanan ekonomi Negeri Xi Jinpin akan memberi dampak pada ekonomi Tanah Air.
Ekonom Senior & Wakil Menteri Keuangan 2010-2014, Anny Ratnawati memandang pelemahan ekonomi China sudah terlihat sejak Mei 2023 dengan penurunan ekspor hingga 7,5% (yoy) dan terus merosot tembus 14,5% pada Juli 2023. Selain itu impor China mengalami penurunan yang terus meningkat hingga 12,4% pada Juli 2023 dengan indeks PMI Manufaktur di bawah 50.
Anjloknya kinerja ekspor dan impor ini disebut Anny sebagai cerminan adanya tekanan dari sisi dari Aggregate Demand menunjukkan adanya gangguan konsumsi domestik hingga tertahannya investasi.
Kondisi ini tentu saja akan mendorong terjadinya deflasi dan pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi ke bawah. Bagi Indonesia keadaan ini menjadi "warning" bagi neraca dagang RI-China.
Saat ini pemerintah Indonesia diharapkan tidak terlena dengan surplus neraca dagang mengingat tekanan di China akan mengancam kinerja ekspor utama RI terkait komoditas mineral mentah hingga besi dan baja. Selain itu juga penting untuk memitigasi terhadap impor RI yang terdampak dengan mendorong penyerapan barang substitusi produk dalam negeri.
Seperti ekonom melihat dampak penurunan ekonomi China ke Indonesia? apa saja yang harus diwaspadai Indonesia? Selengkapnya simak dialog Safrina Nasution dengan Ekonom Senior & Wakil Menteri Keuangan 2010-2014, Anny Ratnawati dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Jum'at, 11/08/2023)
-
1.
-
2.
-
3.