Ini Dia 6 Jurus Kementan Tangkis Horor Efek El Nino

Damiana, CNBC Indonesia
Kamis, 10/08/2023 15:20 WIB
Foto: Seorang petani mengamati padi yang mengalami kekeringan di Desa Kramat, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu, (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua fenomena iklim tengah menghantam Indonesia, yaitu Indian Ocean Dipole (IOD) positif dan El Nino. Yang dapat memicu penurunan curah hujan dan cuaca panas lebih ekstrem di musim kemarau tahun ini.

Di mana, menurut BMKG, puncak El Nino di Indonesia akan terjadi di minggu terakhir bulan Agustus ini. Namun, tidak sekaligus serentak di seluruh Indonesia, tapi saling bertahap.

"BMKG memprediksi puncak kekeringan akan terjadi di bulan Agustus-September. El Nino secara nyata dapat mempengaruhi penurunan
curah hujan dan berpotensi mengakibatkan mundurnya awal musim hujan di wilayah Indonesia," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Jamil kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (10/8/2023).


"Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan air atau kekeringan yang berdampak kepada produktivitas di sektor pertanian hingga ketahanan pangan nasional," tambahnya.

Untuk itu, Kementan menyiapkan sejumlah program yang diharapkan bisa jadi strategi penanganan dampak El-Nino di sektor pertanian. Terutama menyangkut penguatan infrastruktur dan pengamanan tanaman (standing crop). Mencakup penguatan infrastuktur pendekatan dan langkah operasional penanganan El Nino.

Mulai dari pembangunan dan/atau rehabilitasi infrastruktur tata air serta fasilitasi sarana dan pembiayaan pertanian. Hingga, klasterisasi wilayah melalui pemetaan dan identifikasi, karakterisasi wilayah yang rentan kekeringan dan potensi sumber daya air. Serta identifikasi dan klasterisasi wilayah yang rentan kekeringan berbasis agro ekosistem.

Untuk pengamanan standing crop, kata Ali Jamil, rencana aksi antisipasi El Nino diantaranya:

1. Gerakan kejar tanam (Gertam) 1.000 ha/ kabupaten meningkatkan IP dan provitas, berdasar mapping wilayah kekeringan

2. Perluasan Areal Tanam (PAT) 100.000 ha padi bagi kabupaten potensial ditanam saat musim kering dengan saprodi, pompa dan sumur sebagai kompensasi terkena dan puso iklim ekstrem, wilayah pasang surut, rawa lebak, lahan kosong / nganggur, kabupaten/kota agar segera CPCL

3. Pertanian presisi: skala ekonomi, polygon dashboard TIK, saprodi tepat, alsin hulu-hilir, drone, ramah lingkungan, efisiensi biaya input melalui pemanfaatan pupuk organik, hayati, pestisida nabati

4. Budidaya padi hemat air

5. Gunakan benih tahan kekeringan dan OPT

6. Early warning system, pantau BMKG, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mentan Amran, Ungkap & Tangkap Oknum Pemain Proyek di Kementan