Pihak Ini Tak Happy RI Merdeka & Ingin Hidup di Masa Kolonial

F, CNBC Indonesia
17 August 2023 21:45
Bendera Merah Putih Raksasa d Halaman Monas (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Bendera Merah Putih Raksasa d Halaman Monas (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, hampir semua rakyat bersuka cita. Proklamasi juga menandai dimulainya babak kehidupan baru yang bebas dari belenggu kolonialisme. Sejak itu, rakyat bersatu-padu memulai langkah baru untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara besar.

Sayang, saat memulai itu semua, Belanda tiba-tiba datang ingin menjajah kembali. Terjadilah perang yang membuat seluruh rakyat 'turun gunung' melawan Belanda. Pada titik inilah kerusuhan terjadi dimana-mana yang membuat beberapa kelompok rakyat justru ingin kembali di jajah Belanda atau hidup di zaman normal.

Merujuk paparan Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya (2005), zaman normal merujuk pada kehidupan sebelum penjajahan Jepang atau saat masa kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Normal maksudnya berjalan seperti biasa, baik itu kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Semuanya aspek tersebut terjaga dan tertata dengan baik di kota ataupun desa.

Di masa itu, semua serba enak. Tidak ada perang dan pertumpahan darah. Semua itu bertolak belakang dengan apa yang terjadi di masa Perang Kemerdekaan. Atas dasar inilah, kata Denys Lombard, ada sejumlah kecil orang Jawa dan Sumatera yang sangat terpengaruh Barat akhirnya menjadi pengikut Ratu Belanda hingga akhir hayat. Mereka yang tak berpihak di sisi Indonesia rela menjual harta bendanya untuk dapat pergi dan menghabiskan waktu di Amsterdam.

Tak hanya itu, perbedaan ini dirasakan betul oleh orang yang bekerja untuk pemerintah kolonial, seperti tentara. Dalam paparan buku Serdadu Belanda di Indonesia, 1945-1950 (2016), ada seorang tentara yang mengeluh kesejahteraannya menurun usai bekerja untuk pemerintah Indonesia. Jika saat bekerja untuk Ratu Belanda dia cukup bahagia, maka kini tidak lagi demikian. Dia harus bertahan hidup dengan uang seadanya.

Hal ini juga dirasakan oleh para pegawai kolonial. Hidup mereka seketika berubah usai pemerintah Belanda hengkang. Hidup mereka yang terhormat langsung sirna begitu saja. Begitu juga yang dialami oleh para priayi atau bangsawan. Jika dalam struktur kolonial rakyat jelata harus tunduk kepada mereka, maka setelah merdeka semua berubah.

Bahkan kedudukan dan kehidupannya hancur setelah kemerdekaan. Ada pula yang menjadi korban kekerasan dan balas dendam dari rakyat biasa. Sebagaimana diuraikan Freek Colombijn dalam Under Construction (2010), mereka ingin hidup di zaman Belanda ketika kehidupan normal. Semua rakyat patuh kepada hukum dan mereka terlindungi dari kekerasan warga biasa.

Atas dasar inilah, kemerdekaan Indonesia rupanya tak dibarengi oleh kegembiraan seluruh rakyat. Bagi pihak-pihak yang sudah disebutkan, kemerdekaan sama seperti kemunduran hidupnya.


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular