
Potret 'Malapetaka' Baru Ganas Serang Bumi, Danau Jadi Debu
"Malapetaka" baru bumi yakni iklim ekstrem terus memakan korban. Kali ini gelombang panas yang ganas membawa bencana di Amerika, di mana danau menjadi debu.

Isabel Apaza dan Gabriel Flores menaiki perahu mereka untuk mengarungi sisa air di Danau Titicaca yang kering. Kekeringan kini melanda Huarina, Bolivia, Amerika Selatan. (REUTERS/Claudia Morales)

Kedalaman Danau Titicaca kian menyusut hingga nampak dasarnya. Ini memicu kekhawatiran warga yang bergantung dengan danau terbesar di Amerika Selatan itu. (REUTERS/Claudia Morales)

Secara global, bulan Juli merupakan cuaca terpanas yang pernah tercatat karena musim kemarau yang berkepanjangan. Ini diyakini akan mengancam manusia dan hewan yang bergantung dari danau itu. (REUTERS/Claudia Morales)

Saat ini, Danau Titicaca hanya memiliki kedalaman 30 cm dari rekor terendahnya pada tahun 1996. Bencana itu bisa berlangsung hingga November ini. (REUTERS/Claudia Morales)

Di sepanjang tepian danau yang membentang luas, area yang tadinya subur kini telah berubah menjadi debu. "Ini seperti bumi yang terbakar," keluh pemimpin Huarina Gabriel Flores. (REUTERS/Claudia Morales)

Bahkan seorang nelayan wanita masih mencari ikan di air tersisa dari Danau Titicaca berharap masih adanya ikan yang masih hidup di dalamnya meski dengan air yang dangkal. (REUTERS/Claudia Morales)

Menurut para ahli di Universitas Teknik Oruro Bolivia, perairan Danau Titicaca selama beberapa dekade telah surut dan mengalir pada ketinggian sekitar 3.800 meter (12.500 kaki) di atas permukaan laut, yang membuatnya semakin rentan terhadap penguapan oleh radiasi matahari. (REUTERS/Claudia Morales)

Kekeringan tercatat dalam sejarah di Amerika Selatan juga menghantam sektor pertanian penting Argentina, mendorong Dana Moneter Internasional memperkirakan kontraksi ekonomi 2,5% tahun ini sebagai hasilnya. (REUTERS/Claudia Morales)