Dear Kaum Pria, Ini Bahaya Kanker Prostat dan Pengobatannya

Linda Sari Hasibuan, CNBC Indonesia
Jumat, 28/07/2023 09:45 WIB
Foto: Ilustrasi kanker prostat (Photo by Anna Tarazevich from Pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kanker prostat merupakan suatu kondisi di mana sel-sel prostat yang abnormal tumbuh secara tidak terkendali pada kelenjar prostat, yaitu kelenjar yang terletak di bawah kandung kemih, dekat pangkal penis.



Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer dari World Health Organization, kanker prostat merupakan kanker tertinggi kedua pada pria. Di Indonesia, prostat merupakan kanker terbanyak kelima pada pria dengan 13.563 kasus yang dilaporkan pada tahun 2020.

Berdasarkan rekomendasi USPTF dan AUA 2018, individu berisiko rata-rata berusia antara 55 hingga 69 tahun dengan harapan hidup lebih dari 10 tahun.

Menurut Dr Wong Siew Wei, Konsultan Senior dan Ahli Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura mengatakan bahwa ternyata pengobatan kanker prostat dapat memengaruhi fungsi seksual pria, antara lain penurunan libido, disfungsi ereksi, kesulitan mencapai orgasme, dan masalah ejakulasi.


"Disfungsi seksual seringkali merupakan efek samping pengobatan kanker prostat yang jarang dilaporkan, di mana ini jadi kanker paling umum kelima pada pria Indonesia," kata Dr Wong seperti siaran pers yang diterima CNBC Indonesia beberapa waku lalu.

Kanker prostat lokal biasanya diobati dengan pembedahan atau radioterapi. Namun, pembedahan dan radioterapi membawa beberapa risiko merusak kumpulan kecil saraf yang mengontrol ereksi yang berjalan di kedua sisi prostat dan mempengaruhi fungsi ereksi pria setelah perawatan.

Perlu diketahui, peluang mempertahankan fungsi ereksi setelah perawatan dipengaruhi oleh usia. Pasien dengan tumor yang sangat besar memiliki peluang lebih kecil untuk melestarikan saraf ereksi.

Pasien yang lebih muda memiliki peluang lebih tinggi untuk mencapai ereksi setelah operasi, tetapi bisa memakan waktu beberapa bulan hingga dua tahun setelah operasi untuk ereksi spontan kembali.

Pengobatan kanker prostat

Kanker prostat yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki peluang survival yang lebih baik. Namun, ketika kanker terdeteksi pada tahap lebih lanjut, bahkan ketika sudah menyebar ke organ lain penanganan akan jauh lebih sulit.

Ada banyak kemajuan dalam pengobatan kanker prostat stadium lanjut dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, pasien hanya memiliki dua pilihan utama yakni terapi kekurangan androgen (ADT) dan setelah perkembangan kanker pada ADT, kemoterapi bagi mereka yang layak untuk menerimanya.

Agen hormon novel oral baru (NHA) sangat efektif pada pasien yang gagal ADT, dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik bahkan pada pasien lanjut usia. Kemajuan baru lainnya termasuk terapi bertarget adalah dengan inhibitor Poly ADP ribose polimerase (PARP) oral, diagnostik berbasis antigen membran spesifik prostat (PSMA) dan radiofarmasi dan imunoterapi.

Untuk pasien dengan kanker prostat stadium 4 yang baru didiagnosis, standar perawatan baru adalah intensifikasi pengobatan dengan menambahkan agen hormon baru (NHA) dan/atau kemoterapi ke standar perawatan androgen deprivation therapy (ADT) sebelumnya.

Secara historis, pengobatan dengan ADT menghasilkan respons hingga 95 persen karena sebagian besar pertumbuhan sel kanker prostat didorong oleh stimulasi testosteron. Namun, pasien yang menggunakan ADT saja cenderung mengalami perkembangan kanker dalam 18-24 bulan karena sel kanker memperoleh mutasi tambahan.

Untuk pasien yang berisiko tinggi kambuhnya kanker, dan dalam kasus di mana kanker telah menyebar ke luar prostat, terapi kekurangan androgen (ADT) adalah tulang punggung pengobatan utama. Sayangnya, penggunaan ADT dalam jangka panjang akan mengakibatkan penurunan kadar testosteron, yang dapat menyebabkan penurunan hasrat seksual dan disfungsi ereksi.

Sementara itu, pengobatan kanker prostat dengan cara operasi dan radioterapi biasanya menyebabkan kemandulan. Operasi tersebut tidak hanya mengangkat prostat dan vesikula seminalis yang menghasilkan semen untuk transportasi sperma, tetapi juga memotong vas deferens atau saluran sperma yang merupakan jalur antara testis dan uretra.

Radioterapi prostat dan vesikula seminalis merusak produksi air mani, dan juga dapat mengganggu sebagian produksi sperma di testis. Karena kanker prostat umumnya menyerang pria berusia 60 tahun ke atas, banyak pasien pada usia ini tidak begitu peduli dengan kesuburan setelah pengobatan.

Penting untuk dipahami bahwa walaupun pasien mungkin menjadi tidak subur setelah pengobatan, beberapa pasien masih dapat mencapai ereksi dan mempertahankan fungsi seksual.

Penurunan kadar testosteron dan hilangnya libido akibat pengobatan ADT mungkin menjadi penyebab utama kekhawatiran beberapa pasangan. Dalam kasus seperti itu, konseling pasangan dapat dipertimbangkan jika menyebabkan stres berat dalam hubungan seksual pasangan.

Pendekatan multidisiplin untuk mengelola kanker prostat, yang meliputi pengobatan, konseling, dan layanan dukungan lainnya, dapat memberi Anda perawatan holistik yang dapat membantu Anda terus hidup senormal mungkin setelah perawatan.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video:Cara AstraZeneca Bantu RI Atasi Penyakit Kanker Hingga Paru-Paru