Sah! 2 Raksasa Migas Dunia Hengkang dari Mega Proyek RI

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
25 July 2023 18:04
FILE PHOTO: A passenger plane flies over a Shell logo at a petrol station in west London,  January 29, 2015. REUTERS/Toby Melville
Foto: REUTERS/Toby Melville

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua perusahaan raksasa minyak dan gas bumi (migas) global akhirnya resmi hengkang dari proyek kebanggaan Presiden Joko Widodo. Keduanya yaitu perusahaan migas asal Amerika Serikat, Chevron, yang keluar dari proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) di Kalimantan Timur dan Shell dari proyek gas raksasa Blok Masela di Maluku.

Hengkangnya dua perusahaan dari proyek migas RI ditandai dengan penandatanganan perjanjian jual-beli hak partisipasi atau participating interest (PI) yang dilakukan masing-masing perusahaan.

Shell misalnya, baru saja melakukan penandatanganan perjanjian jual-beli dengan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk pengalihan PI anaknya usahanya yakni Shell Upstream Overseas Services (I) Limited ("SUOS") sebesar 35% di Blok Masela.

Adapun nilai akuisisi dari PI 35% tersebut totalnya mencapai US$ 650 juta atau Rp 9,75 triliun. Dalam proses akuisisi tersebut, PHE bekerja sama dengan PETRONAS melalui PETRONAS Masela Sdn. Bhd. (PETRONAS Masela).

Sementara itu, untuk proses transaksi, rencananya bakal dilakukan dalam dua tahap pembayaran yakni US$ 325 juta dalam bentuk tunai dengan tambahan jumlah kontingen sebesar US$ 325 juta yang harus dibayarkan pada saat FID (Final Investment Decision) proyek itu.

Penandatanganan perjanjian jual beli kepemilikan Blok Masela dilakukan langsung oleh Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, Naib Presiden Eksekutif & Ketua Pegawai Eksekutif Huluan PETRONAS, Datuk Adif Zulkifli, dan Director Finance for Acquisition Divestment and NBD Asia Pacific Shell Kuo Tong Soo.

Penandatanganan perjanjian jual beli ini dilakukan pada acara pembukaan Konvensi Indonesia Petroleum Association (IPA) hari Selasa, 25 Juli 2023 dan disaksikan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Presiden & Ketua Pegawai Eksekutif Kumpulan PETRONAS Tan Sri Tengku Muhammad Taufik.

Di momen yang sama, penandatanganan perjanjian jual beli saham/sales purchase agreement (SPA) juga dilakukan oleh Chevron Makassar Ltd (CML), Chevron Ganal Ltd (CGL) dan Chevron Rapak Ltd. (CRL) sebagai operator Proyek Indonesia Laut Dalam/Development Water (IDD) kepada Eni Lasmo PLC (Eni).

Menteri ESDM Arifin Tasrif berharap dengan peralihan operatorship IDD dari Chevron ke ENI dapat membuat proyek ini dapat segera berjalan.

"Saya harap alih kelola ini dapat menjadi momentum yang baik untuk memastikan keamanan energi Indonesia di masa mendatang," kata Arifin usai menyaksikan secara virtual di Jakarta, Selasa (25/7/2023).

Menurut Arifin IDD merupakan proyek terintegrasi dari beberapa lapangan dan wilayah kerja di laut dalam Kutai Basin, dengan kedalaman mencapai 1.000-2.000 di bawah permukaan laut. Oleh sebab itu, alih kelola proyek ini dari Chevron ke ENI, sangat krusial bagi Indonesia.

Lebih lanjut, Arifin mengatakan bahwa proyek IDD telah dikembangkan dan memulai produksi dari Lapangan Bangka sejak Agustus 2016. Selanjutnya, tahap pengembangan Gendalo Hub dan Gehem Hub.

"ENI sebagai operator baru proyek IDD diharapkan dapat melanjutkan proyek ke tahap dua. ENI memegang participating interest (PI) pada 12 Production Sharing Contract (PSC), 9 di antaranya adalah sebagai operator di proyek laut dalam dengan tahap eksplorasi dan pembangunan. Saya harap ENI dapat memperluas investasi di subsektor migas, terutama di wilayah timur," tutur Arifin.

Sebagai informasi, akuisisi ini merupakan langkah penting bagi ENI, terutama untuk mempercepat pengembangan proyek gas Gendalo dan Gandang, bagian dari Indonesia Deepwater Development (IDD) di Ganal PSC, dekat dengan FPU Jangkrik, dengan perkiraan cadangan gas alam sekitar 2TCF. Ini merupakan tambahan bagi lapangan Gas Bangka yang telah berproduksi, penemuan Gehem dan Ranggas, serta potensi eksplorasi lainnya yang signifikan.

Selain itu, akuisisi aset-aset Chevron di Indonesia dapat mempercepat pengembangan proyek IDD dan sejalan dengan strategi transisi energi yang dilakukan ENI, di mana gas dan LNG menjadi pilar utama untuk meningkatkan produksi gas alam menjadi 60% pada tahun 2030, sejalan dengan permintaan dunia akan energi yang dapat diakses, rendah karbon, dan terjangkau.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Chevron Cabut, Proyek Gas Raksasa RI Ini Punya Investor Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular