
'Kiamat' Batu Bara Menjauh, Ini Bukti Terbarunya..

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertemuan sejumlah negara anggota G20 di India pada Sabtu (23/7/2023) gagal mencapai kesepakatan terkait rencana pemangkasan penggunaan terhadap bahan bakar fosil. Pasalnya, terdapat protes dari negara-negara produsen untuk penghentian secara bertahap energi yang kurang ramah lingkungan itu.
Mengutip Reuters, ketidaksepakatan tersebut rupanya membuat para ilmuwan dan aktivis jengkel. Hal ini lantaran tindakan yang dilakukan badan internasional lamban dalam mencegah pemanasan global, bahkan ketika cuaca ekstrem menerjang China hingga Amerika Serikat.
Negara anggota G20 pun dinilai harus bertanggung jawab atas lebih dari tiga perempat emisi global. Oleh sebab itu, upaya kumulatif kelompok untuk melakukan dekarbonisasi sangat penting dalam perang melawan perubahan iklim.
Meski demikian, ketidaksepakatan rencana melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada tahun 2030 mengakibatkan para pejabat mengeluarkan pernyataan tanpa keputusan. Sekalipun mereka telah menggelar pertemuan empat hari di Bambolim, di negara bagian pantai Goa, India.
"Kami memiliki kesepakatan lengkap tentang 22 dari 29 paragraf dan tujuh paragraf merupakan ringkasan Ketua," Menteri Ketenagalistrikan India R.K. kata Singh dikutip dari Reuters, Senin (23/7/2023).
Singh menyebut, bagian yang mendesak dilakukan negara-negara maju adalah untuk mewujudkan tujuan bersama dalam memobilisasi US$ 100 miliar per tahun guna aksi melawan perubahan iklim di negara berkembang dari 2020-2025, dan deskripsi perang di Ukraina.
Penggunaan bahan bakar fosil menjadi pembahasan yang cukup panjang didiskusikan dalam pertemuan tersebut. Namun para pejabat G20 gagal mencapai kesepakatan untuk membatasi penggunaan energi fosil sebagai upaya pengurangan emisi.
"Pentingnya melakukan upaya untuk menghentikan bahan bakar fosil secara bertahap, sejalan dengan keadaan nasional yang berbeda, telah ditekankan," berdasarkan salinan draf komunike yang diterima Reuters.
Meski begitu, pernyataan India sebagai ketua Presidensi G20 pada Sabtu malam justru mengungkapkan kekhawatiran dari beberapa negara anggota terkait wacana tersebut.
"Negara lain memiliki pandangan berbeda tentang masalah yang akan ditangani oleh teknologi pengurangan dan penghilangan masalah tersebut," kata Singh.
Singh mengatakan alih-alih melakukan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap, beberapa negara justru ingin menggunakan teknologi penangkapan karbon. Meski begitu, ia tidak membeberkan nama dari beberapa negara yang kurang setuju itu.
Produsen bahan bakar fosil utama Arab Saudi, Rusia, Cina, Afrika Selatan, dan Indonesia semuanya diketahui menentang tujuan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan dekade ini.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jutaan Orang Terancam PHK, 'Kiamat' Batu Bara di Depan Mata