
Panas Membara, Warga AS Sampai Kena Luka Bakar Tingkat 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama 20 hari terakhir Phoenix, Arizona, Amerika Serikat mengalami suhu terpanas hingga mencapai 43 derajat celcius.
Gelombang panas selama berminggu-minggu itu yang memecahkan rekor kota pada tahun 1974, Bahkan saking panasnya penduduk setempat mengalami luka bakar tingkat tiga setelah menyentuh gagang pintu atau saat jatuh ke trotoar.
Pada 15 Juli, dilaporkan setidaknya 18 orang meninggal dunia karena cuaca panas di Phoenix menurut Departemen Kesehatan Masyarakat Kabupaten Maricopa. 69 dugaan kematian akibat panas lainnya juga sedang diselidiki.
Mengutip CBC, Direktur Arizona Burn Center di Phoenix Kevin Foster adalah mengatakan jenis luka bakar ini diperkirakan terjadi di musim panas. Tetapi tahun ini, kejadian luka bakar dua kali lipat dari yang biasanya terjadi.
Musim panas selalu merupakan waktu yang sibuk karena suhu sekitar yang panas membuat kulit terbakar menjadi hal yang biasa di musim panas.
Tapi pada musim panas ini, karena suhu sangat panas dan sinar matahari langsung, Foster melihat banyak pasien yang jatuh ke beton, trotoar, aspal, sehingga menderita luka bakar yang sangat dalam.
Hal umum lainnya yang terlihat dan bisa menyebabkan kulit terbakar adalah gagang pintu, pelapis panas di mobil, dan berbagai benda di dalam kendaraan seperti setir, dasbor, ertansabuk pengaman.
Kemudian sesuatu yang panas yang tidak jarang orang adalah air yang berada di dalam selang atau tempat penampungan, saat dinyalakan dan langsung terkena kulit bisa membuat terbakar.
Bahkan jika dibiarkan mengalir sebentar, air di Arizona tidak menjadi dingin dan akan tetap panas dalam waktu yang lama.
Foster telah mengujinya selama bertahun-tahun dan cukup konsisten bahwa pada sore musim panas yang terik di Arizona, aspal hitam bisa mencapai 170 hingga 180 derajat, sedikit di bawah titik didih.
Menurut dia, tingkat luka bakar yang dialami hampir selalu luka bakar tingkat tiga. Semua pasien yang mengalaminya memerlukan perawatan di rumah sakit, seringkali ke unit perawatan intensif, dan hampir semuanya memerlukan operasi.
Foster mengatakan pihak berwenang sudah melakukan pekerjaan yang cukup baik dalam merawat para para korban. Mereka juga memastikan untuk bekerja di tempat teduh sebanyak mungkin, sering beristirahat, dan terpapar ke tempat yang dingin, serta banyak hidrasi.
"Tapi saya pikir untuk tunawisma, itu masalah. Kami memang perlu menyediakan tempat berlindung yang lebih baik bagi orang-orang dan cara bagi orang-orang untuk keluar dari panas," kata Foster.
"Dan menurut saya sangat penting bagi orang-orang untuk tetap terhidrasi. Ini menyesatkan di sini karena kelembapannya sangat rendah dan tidak terasa sepanas yang sebenarnya." imbuhnya.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Awas Makin Bahaya! Suhu Asia Tenggara Panas Mendidih
