Luhut Ingin RI Setop Ekspor Gas, Ternyata Segini Jumlahnya..
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat bahwa ekspor Liquefied Natural Gas (LNG) dari Indonesia lebih besar dibandingkan dari konsumsi LNG domestik.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi mengatakkan bahwa realisasi produksi LNG dalam negeri sampai dengan Semester I-2023 mencapai 100 standar kargo LNG. Lebih detailnya, sebesar 71,3 kargo LNG dialokasikan untuk ekspor, sedangkan sisanya, sekitar 30 kargo dipakai untuk kebutuhan domestik.
"Di mana 71,3 kargo akan diekspor dan jatah LNG untuk domestik sekitar 30 kargo," jelas Kurnia dalam Konferensi Pers, dikutip Kamis (20/7/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa dari 100 kargo tersebut, produksi LNG-nya berasal dari Proyek LNG Tangguh sebesar 56,1 kargo dan produksi LNG yang berasal dari Proyek LNG Bontang sebesar 44,7 kargo.
Namun, bila dibandingkan dengan keseluruhan pemanfaatan gas di Indonesia, Kurnia menyebutkan bahwa alokasi gas untuk domestik sebesar 65% sedangkan untuk ekspor sebesar 35%. Kurnia mengatakan bahwa keseluhan gas tersebut berasal dari gas pipa dan LNG.
"Secara keseluruhan pemanfaatan gas 65% untuk domestik, jadi 35% ekspor terdiri dari pipa dan LNG," papar Kurnia.
Dengan begitu, Kurnia mengatakan bahwa saat ini pemerintah masih mengutamakan pemanfaatan untuk domeestik atau dalam negeri. "Kita ingin sampaikan kebijakan pemerintah masih tetap mengutamakan pemanfatan domestik," tandasnya.
Perihal larangan ekspor gas, sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pemerintah bakal menghentikan ekspor gas demi mendukung operasional industri petrokimia yang akan dikembangkan di dalam negeri. Mengingat, impor bahan baku industri petrokimia di dalam negeri tiap tahunnya masih cukup tinggi.
Menurut Luhut, ide kebijakan larangan ekspor gas tersebut muncul setelah pihaknya melakukan kajian internal bersama Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Jodi Mahardi.
"Kita setelah hitung-hitung dengan tim Jodi Cs, kita mungkin akan sarankan kita gak akan ekspor gas lagi ke luar. Kita bikin downstreaming-nya petrokimia," kata Luhut dalam acara Economic Update 2023 CNBC Indonesia, Senin (10/7/2023).
Oleh sebab itu, ia pun berharap agar harga gas di dalam negeri dapat ditekan lagi menjadi US$ 5 per Million British Thermal Unit (MMBTU). Adapun saat ini pemerintah menetapkan harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk tujuh bidang industri di level US$ 6 per MMBTU.
"Kita ketemu gas di Masela kemudian di Warim itu bisa hampir dua kali Masela bisa juga kita ketemu cadangan minyak yang mungkin diduga 27 miliar barel. Jadi kaya sekali negerimu ini. Ngapain ribut-ribut," kata dia.
(pgr/pgr)