70.000 Ha Lahan Kena 'Petaka', Mentan Sebut 6 Juru Selamat RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak fenomena iklim El Nino di Indonesia mulai muncul. Di sisi lain, ada 6 provinsi yang diklaim bisa jadi penyelamat RI menangkis dampak El Nino.
Hal itu disampaikan Syahrul usai Rapat Terbatas dengan Presiden Jokowi tentang Antisipasi El Nino, di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Menurut Syahrul, setidaknya 70.000 ha lahan pertanian di Tanah Air terkena imbas anomali kenaikan suhu. Meski begitu, dia mengaku yakin, El Nino tidak akan membuat Indonesia mengalami kelangkaan pangan.
"Dari kondisi yang ada begini, saya punya pertamanan di atas 10 juta hektare (ha). Yang kita anggap bersoal sampai hari ini cuma 70 ribu hektare. Dari 10 juta. Katakanlah imbas El Nino sampai saat ini cuma 70 ribu (ha)," kata Syahrul, dikutip Rabu (19/7/2023).
"Saya masih yakin nggak (kelangkaan bahan pangan pokok) karena data kita sangat oke," katanya.
Dia mengaku telah mempersiapkan 6 provinsi yang akan menjadi penyangga utama pasokan pangan RI, terutama menghadapi efek domino El Nino.
Keenam provinsi tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Lampung.
Syahrul mengatakan, keenam provinsi tersebut selama ini berperan sebagai sentra produksi pangan nasional. Keenam provinsi itu, katanya, bisa jadi penyelamat RI menghadapi iklim ekstrem El Nino. Yaitu terjadinya kekeringan atau panas ekstrem dari biasanya.
"Saya sudah lapor kepada Presiden bahwa yang bisa menyelamatkan Indonesia ada enam provinsi. Salah satunya Sumatra Selatan. Dan beliau sudah setuju untuk segera disiapkan langkah-langkahnya," kata Syahrul dalam keterangan resmi.
"Dampak El Nino terhadap pertanian nasional akan sangat besar bila tidak ditangani dengan baik. Kekeringan dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan mengurangi hasil panen," tambahnya.
Syahrul mengatakan, El Nino akan menyebabkan penundaan penanaman tanaman yang berimbas pada penurunan luas tanam, bahkan kegagalan panen. "Selain itu, penyakit akan bermunculan. Terutama pada kawasan yang terkena kekeringan ekstrem," katanya.
Untuk itu, Syahrul mengaku telah menyiapkan 9 langkah sebagai strategi mengantisipasi iklim ekstrem efek El Nino, yakni:
- Identifikasi dan mapping lokasi terdampak kekeringan
- Percepatan tanam
- Peningkatan ketersediaan peralatan dan mesin pertanian (alsintan)
- Peningkatan ketersediaan air
- Penyediaan benih tahan kekeringan
- Program 1.000 ha
- Pengembangan pupuk organik terpusat dan mandiri
- Dukungan pembiayaan KUR dan asuransi pertanian
- Penyiapan lumbung pangan sampai tingkat desa.
"Kita memiliki program 1.000 ha adaptasi dan mitigasi dampak El Nino untuk setiap kabupaten. Jika semua kabupaten kompak, masalah Indonesia selesai," kata Syahrul.
Sebelumnya, PBB melalui Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) bahkan telah mengeluarkan laporan pemantauan terbaru mengenai peluang terjadinya El Nino pada tahun 2023. Tim peneliti dari WMO memprediksi El Nino yang bakal terjadi dalam kategori kuat sehingga dampaknya bisa lebih besar.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang juga hadir dalam rapat itu mengatakan, intensitas panas yang terjadi puncak fenomena El Nino cenderung lemah hingga moderat, sehingga bisa berdampak pada ketersediaan air.
"Sehingga dikhawatirkan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan, juga produktivitas pangan atau berdampak terhadap ketahanan pangan," kata Dwikorita, usai rapat.
El Nino sendiri merupakan peristiwa iklim periodik di mana sirkulasi Samudera Pasifik khatulistiwa bergeser dan suhunya naik, menyebabkan panas di seluruh dunia.
Menurut Syahrul, Presiden Joko Widodo memerintahkan antisipasi dilakukan sampai mempersiapkan skenario terburuk.
"Perintah presiden ini harus diseriusi, kita tidak boleh bersoal khususnya dengan beras dan lain lain agar benar antisipasi sejelek mungkin harus dipersiapkan," pungkasnya.
(dce)