Ada Kabar Baik dari China, Siap-siap Ekonomi Ngebut Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Selama hampir tiga tahun pandemi, kebijakan nol-Covid China yang ketat memiliki efek buruk bagi pengeluaran konsumen hingga saat ini. Meski begitu, perencana negara ekonomi utama China berjanji untuk memulihkan dan memperluas konsumsi negara.
Janji ini disampaikan sebagai salah satu rencana untuk mendorong pertumbuhan dan meningkatkan pendapatan rumah tangga, memperbaiki lingkungan bisnis untuk perusahaan swasta serta menstabilkan lapangan kerja kaum muda.
Jin Xiandong, salah satu pejabat di Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) menyebutkan, pemulihan ekonomi China yang berkelanjutan masih dihadapkan dengan permintaan yang tidak mencukupi, momentum serta kepercayaan yang lemah.
"Daya beli dan ekspektasi konsumen relatif lemah, sementara infrastruktur konsumsi dan lingkungan perlu diperbaiki," kata Jin dalam konferensi pers bulanan pada Selasa (18/7/2023), seperti dikutip CNBC International.
"Kami akan segera merumuskan dan memperkenalkan kebijakan untuk memulihkan dan memperluas konsumsi, dan mengeluarkan kebijakan untuk menstabilkan konsumsi skala besar, mempromosikan konsumsi produk mobil dan elektronik, memperluas konsumsi pedesaan, dan mengoptimalkan lingkungan konsumsi," tambah Jin.
"Langkah-langkah kebijakan yang efektif akan diterapkan sesegera mungkin."
Dalam beberapa jam, Kementerian Perdagangan China akan menindaklanjuti dengan mengumumkan rencana 11 poin untuk meningkatkan konsumsi domestik barang dan jasa konsumen rumah tangga.
Ini termasuk arahan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan renovasi rumah tua, janji untuk mendorong peningkatan platform komersial online, dan untuk mengembangkan konsep 'kota 15 menit'.
Masalah Pengangguran Pemuda
Disebutkan, China juga bersiap mengatasi rekor pengangguran kaum muda di China, yang mencapai 21,3% pada Juni, hampir empat kali lipat tingkat pengangguran reguler di perkotaan sebesar 5,2%.
Menanggapi masalah ketenagakerjaan yang berkaitan dengan kelompok tertentu seperti lulusan perguruan tinggi, Jin mengatakan, NDRC akan meningkatkan layanan dan jaminan kebijakan, meningkatkan dukungan untuk stabilisasi dan perluasan pekerjaan.
Jin mengatakan NDRC juga akan bekerja untuk membantu kaum muda memanfaatkan energi inovatif dan kewirausahaan mereka, memperkuat layanan ketenagakerjaan bagi kaum muda dan meningkatkan pengembangan pendidikan kejuruan sehingga lulusan perguruan tinggi lebih siap kerja.
NDRC juga akan bekerja untuk meningkatkan upah, memastikan bahwa pertumbuhan upah sebanding dengan pertumbuhan ekonomi.
Swasta dan Bisnis Asing
Sementara pejabat NDRC lainnya, Li Hui, mengatakan Komisi Perencanaan negara China akan memperdalam reformasi badan usaha milik negara, sambil menghilangkan hambatan untuk membantu perusahaan swasta menjadi lebih kompetitif.
Badan tersebut juga akan meningkatkan keterlibatan dengan sektor swasta untuk lebih memahami kebutuhan dan tuntutan mereka serta mengevaluasi efektivitas kebijakan.
Secara terpisah, Jin mengatakan NDRC akan meningkatkan upaya untuk menarik investasi asing. Mereka termasuk meningkatkan komunikasi dengan berbagai kamar dagang asing untuk memahami dan menyelesaikan masalah secara tepat waktu.
Sebelumnya pada Juli, Beijing sempat memberlakukan pembatasan ekspor pada logam pembuat chip dan senyawanya, yang diklaim oleh Kementerian Perdagangan China telah memberitahukan kepada AS dan Eropa sebelumnya. Di mana pada Oktober, AS lalu meluncurkan aturan menyeluruh yang bertujuan untuk menghentikan ekspor chip utama dan alat semikonduktor ke China.
Pada Senin (17/7/2023) sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) China untuk kuartal kedua dilaporkan tumbuh 6,3% dari tahun lalu, meleset dari ekspektasi pasar sebesar 7,3%. Ini menandai pertumbuhan 0,8% dibandingkan dengan kuartal pertama, dan lebih lambat dari laju secara kuartalan 2,2% yang tercatat pada periode Januari hingga Maret.
Bahkan dengan basis yang rendah dari tahun lalu, akibat Covid di Shanghai, pertumbuhan penjualan ritel melambat menjadi 3,1% pada Juni dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan 12,7% pada Mei.
(dce)